Menyusun laporan perubahan posisi kekayaan bersih
Laporan posisi kekayaan bersih berisi saldo awal dan saldo akhir dari berbagai macam simpanan dan cadangan sebagai unsur modal beserta perubahannya dalam satu periode. Berdasarkan PSAK No. 27, contoh dari ikhtisar perubahan posisi kekayaan bersih adalah sebagai berikut.
Koperasi “X”
IKHTISAR PERUBAHAN POSISI KEKAYAAN BERSIH
Tahun yang berakhir 31 Desember 198X dan 198X-1
198X 198X-1
Saldo kekayaan bersih awal tahun x x
Ditambah:
Yang berasal dari:
• Simpanan pokok/wajib x x
• Cadangan dari SHU (tahun lalu) x x
• Donasi x x
• Selisih penilaian kembali aktiva tetap x x
x. x
Dikurangi:
• Simpanan pokok/wajib
(anggota yang keluar) x x
• Koreksi cadangan x x
x. x
Saldo kekayaan bersih akhir tahun x x
Monday 12 December 2016
Membuat pembagian SHU
Membuat pembagian SHU
Berdasarkan Undang-undang Koperasi No. 25 tahun 1992 mengenai hasil usaha, ditentukan sebagai berikut.
1. Sisa hasil usaha koperasi merupakan pendapatan koperasi yang diperoleh dalam satu tahun buku dikurangi dengan biaya, penyusutan, dan kewajiban lainnya termasuk pajak dalam satu tahun buku yang bersangkutan.
2. Sisa hasil usaha setelah dikurangi dana cadangan, dibagikan kepada anggota sebanding dengan jasa usaha yang dilaksanakan oleh masing-masing anggota dengan koperasi, serta dipergunakan untuk keperluan pendidikan perkoperasian dan keperluan lain dari koperasi, sesuai dengan keputusan rapat anggota.
3. Besarnya pemupukan dana cadangan diterapkan dalam rapat anggota.
Berdasarkan undang-undang, anggaran dasar koperasi membagi SHU sebagai berikut.
SHU dari anggota
a. Cadangan koperasi
b. Anggota sebanding dengan jasa
c. Dana pengurus
d. Dana pegawai
e. Dana pendidikan
f. Dana sosial
g. Dana pembangunan kerja
SHU bukan dari anggota
a. Cadangan koperasi
b. Dana pengurus
c. Dana pegawai
d. Dana pendidikan
e. Dana sosial
f. Dana pembangunan kerja.
SHU yang dibagikan kepada anggota koperasi sebagai berikut.
Jasa modal, bagian SHU yang disediakan untuk anggota yang bersumber dari simpanan para anggota, makin besar simpanannya, makin besar bagian SHU yang akan diterima. Jasa modal tiap-tiap anggota dapat dihitung dengan rumus berikut.
Setiap anggota akan mendapat jasa modal: ……% x simpanan anggota, atau boleh juga dihitung dari setiap anggota, yaitu:
Setiap anggota akan mendapat jasa anggota: ……% x belanja/pinjaman tiap anggota=Rp……
Atau dapat juga dihitung tiap-tiap anggota, yaitu:
Contoh:
Koperasi Insani mempunyai anggaran dasar yang menentukan persentase pembagian SHU yaitu sebagai berikut.
Laporan sisa hasil usaha periode Desember 2004 koperasi Insani memperoleh sisa hasil usaha sebesar:
1. Yang berkaitan dengan anggota : Rp. 23.609.910
2. Yang berkaitan dengan bukan anggota : Rp. 2.620.568
Rp. 26.230.478
Perhitungan persentase jasa yang diperoleh anggota koperasi Insani adalah:
1. Persentase jasa penyimpan
Jumlah simpanan anggota (lihat kertas kerja!)
Rp.2.727.400 + Rp. 48.353.260 + Rp. 37.326.635 = Rp. 88.407.295
2. Persentase jasa peminjam
Jumlah jasa peminjam (lihat laporan hasil usaha!)
Rp.24.390.770 + Rp. 246.370 =Rp.24.637.140
3. Menghitung penerimaan jasa anggota
Seorang anggota bernama Tuan Roy mempunyai simpanan:
Pokok : Rp. 10.500
Wajib : Rp. 215.200
Sukarela : Rp. 300.000
Rp. 525.700
Selama tahun 2004 Tuan Roy pernah membeli dan meinjam uang dan memberikan jasa sebesar Rp. 250.000,-.
Jumlah jasa yang diterima:
Jasa penyimpanan = 6.70% x Rp.525.700 = Rp.35.222,-
Jasa Peminjam + 14.37% x Rp.250.000 = Rp. 35.925,-
Rp. 71.147,-
Berdasarkan Undang-undang Koperasi No. 25 tahun 1992 mengenai hasil usaha, ditentukan sebagai berikut.
1. Sisa hasil usaha koperasi merupakan pendapatan koperasi yang diperoleh dalam satu tahun buku dikurangi dengan biaya, penyusutan, dan kewajiban lainnya termasuk pajak dalam satu tahun buku yang bersangkutan.
2. Sisa hasil usaha setelah dikurangi dana cadangan, dibagikan kepada anggota sebanding dengan jasa usaha yang dilaksanakan oleh masing-masing anggota dengan koperasi, serta dipergunakan untuk keperluan pendidikan perkoperasian dan keperluan lain dari koperasi, sesuai dengan keputusan rapat anggota.
3. Besarnya pemupukan dana cadangan diterapkan dalam rapat anggota.
Berdasarkan undang-undang, anggaran dasar koperasi membagi SHU sebagai berikut.
SHU dari anggota
a. Cadangan koperasi
b. Anggota sebanding dengan jasa
c. Dana pengurus
d. Dana pegawai
e. Dana pendidikan
f. Dana sosial
g. Dana pembangunan kerja
SHU bukan dari anggota
a. Cadangan koperasi
b. Dana pengurus
c. Dana pegawai
d. Dana pendidikan
e. Dana sosial
f. Dana pembangunan kerja.
SHU yang dibagikan kepada anggota koperasi sebagai berikut.
Jasa modal, bagian SHU yang disediakan untuk anggota yang bersumber dari simpanan para anggota, makin besar simpanannya, makin besar bagian SHU yang akan diterima. Jasa modal tiap-tiap anggota dapat dihitung dengan rumus berikut.
Setiap anggota akan mendapat jasa modal: ……% x simpanan anggota, atau boleh juga dihitung dari setiap anggota, yaitu:
Setiap anggota akan mendapat jasa anggota: ……% x belanja/pinjaman tiap anggota=Rp……
Atau dapat juga dihitung tiap-tiap anggota, yaitu:
Contoh:
Koperasi Insani mempunyai anggaran dasar yang menentukan persentase pembagian SHU yaitu sebagai berikut.
Laporan sisa hasil usaha periode Desember 2004 koperasi Insani memperoleh sisa hasil usaha sebesar:
1. Yang berkaitan dengan anggota : Rp. 23.609.910
2. Yang berkaitan dengan bukan anggota : Rp. 2.620.568
Rp. 26.230.478
Perhitungan persentase jasa yang diperoleh anggota koperasi Insani adalah:
1. Persentase jasa penyimpan
Jumlah simpanan anggota (lihat kertas kerja!)
Rp.2.727.400 + Rp. 48.353.260 + Rp. 37.326.635 = Rp. 88.407.295
2. Persentase jasa peminjam
Jumlah jasa peminjam (lihat laporan hasil usaha!)
Rp.24.390.770 + Rp. 246.370 =Rp.24.637.140
3. Menghitung penerimaan jasa anggota
Seorang anggota bernama Tuan Roy mempunyai simpanan:
Pokok : Rp. 10.500
Wajib : Rp. 215.200
Sukarela : Rp. 300.000
Rp. 525.700
Selama tahun 2004 Tuan Roy pernah membeli dan meinjam uang dan memberikan jasa sebesar Rp. 250.000,-.
Jumlah jasa yang diterima:
Jasa penyimpanan = 6.70% x Rp.525.700 = Rp.35.222,-
Jasa Peminjam + 14.37% x Rp.250.000 = Rp. 35.925,-
Rp. 71.147,-
Menyusun laporan perhitungan sisa hasil usaha (SHU)
Menyusun laporan perhitungan sisa hasil usaha (SHU)
Istilah rugi laba tidak digunakan pada koperasi, sebagai gantinya digunakan istilah sisa hasil usaha. Laporan koperasi yang menyajikan pendapatan dan beban dalam suatu periode dinamakan laporan perhitungan sisa hasil usaha.
Berdasarkan pasal 3 ayat (1) dan (2) prinsip akuntansi di Indonesia, perhitungan penyusunan hasil usaha adalah sebagai berikut.
1. Perhitungan hasil usaha harus disusun sedemikian rupa agar dapat memberikan gambaran
mengenai hasil usaha koperasi dalam periode tertentu.
2. Harus membuat secara terinci unsur-unsur pendapatan dan beban.
3. Seyogianya disusun dalam bentuk urutan ke bawah (stafel).
4. Harus dipisahkan antara hasil dari bidang usaha dan pos luar biasa.
Di bawah ini adalah contoh perhitungan hasil usaha koperasi.
Dalam penyusunan laporan perhitungan hasil usaha, terdapat beberapa karakteristik harga pokok penjualan beban, yaitu:
a. Harga pokok penjualan produk kepada anggota dan bukan anggota.
b. Beban yang terjadi karena aktivitas koperasi dalam kaitannya dengan program pemerintah.
c. Beban pada hakikatnya dapat dipisahkan antara beban untuk kegiatan pelayanan anggota dan beban untuk kegiatan pelayanan bukan anggota.
Istilah rugi laba tidak digunakan pada koperasi, sebagai gantinya digunakan istilah sisa hasil usaha. Laporan koperasi yang menyajikan pendapatan dan beban dalam suatu periode dinamakan laporan perhitungan sisa hasil usaha.
Berdasarkan pasal 3 ayat (1) dan (2) prinsip akuntansi di Indonesia, perhitungan penyusunan hasil usaha adalah sebagai berikut.
1. Perhitungan hasil usaha harus disusun sedemikian rupa agar dapat memberikan gambaran
mengenai hasil usaha koperasi dalam periode tertentu.
2. Harus membuat secara terinci unsur-unsur pendapatan dan beban.
3. Seyogianya disusun dalam bentuk urutan ke bawah (stafel).
4. Harus dipisahkan antara hasil dari bidang usaha dan pos luar biasa.
Di bawah ini adalah contoh perhitungan hasil usaha koperasi.
Dalam penyusunan laporan perhitungan hasil usaha, terdapat beberapa karakteristik harga pokok penjualan beban, yaitu:
a. Harga pokok penjualan produk kepada anggota dan bukan anggota.
b. Beban yang terjadi karena aktivitas koperasi dalam kaitannya dengan program pemerintah.
c. Beban pada hakikatnya dapat dipisahkan antara beban untuk kegiatan pelayanan anggota dan beban untuk kegiatan pelayanan bukan anggota.
Membuat jurnal pembalik
Membuat jurnal pembalik
Jurnal balik (reversing journal) adalah jurnal yang dibuat pada awal suatu periode akuntansi untuk membalik jurnal penyesuaian tertentu yang dibuat periode sebelumnya. Jurnal ini sebetulnya bukan merupakan suatu keharusan. Jurnal ini dibuat agar pencatatan pada periode berikutnya dapat dilakukan dengan lebih mudah. Ada empat macam jurnal penyesuaian yang memerlukan jurnal pembalik yaitu:
1. Biaya masih akan dibayar (accrued expense)
2. Biaya dibayar dimuka (prepaid expense)
3. Pendapatan masih akan diterima (accrued revenues)
4. Pendapatan diterima dimuka (unearned revenues).
Jurnal balik (reversing journal) adalah jurnal yang dibuat pada awal suatu periode akuntansi untuk membalik jurnal penyesuaian tertentu yang dibuat periode sebelumnya. Jurnal ini sebetulnya bukan merupakan suatu keharusan. Jurnal ini dibuat agar pencatatan pada periode berikutnya dapat dilakukan dengan lebih mudah. Ada empat macam jurnal penyesuaian yang memerlukan jurnal pembalik yaitu:
1. Biaya masih akan dibayar (accrued expense)
2. Biaya dibayar dimuka (prepaid expense)
3. Pendapatan masih akan diterima (accrued revenues)
4. Pendapatan diterima dimuka (unearned revenues).
Membuat neraca saldo setelah penutupan
Sesuai dengan penjelasan awal dapat dilihat bahwa akun-akun pendapatan dan biaya, setelah ditutup, saldonya nol, sehingga akun-akun yang mempunyai saldo setelah penutupan adalah akun-akun harta, hutang dan modal. Untuk menguji keseimbangan saldo akun-akun tersebut, dari data buku besar setelah penutupan, disusun neraca saldo. Setelah penutupan akan tampak sebagai berikut.
Menutup buku besar dan membuat jurnal penutup
Menutup buku besar dan membuat jurnal penutup
Di akhir periode akuntansi koperasi, akun-akun yang ada dalam buku besar harus dipindahkan ke akun tetap. Dengan demikian, akun-akun tersebut dapat digunakan untuk mengumpulkan data periode berikutnya. Untuk itu diperlukan suatu seri ayat jurnal yang disebut jurnal penutup (closing journal). Ayat jurnal penutupan adalah jurnal untuk me-nol-kan saldo akun-akun sementara apabila akan dimulai pencatatan data akuntansi periode berikutnya.
Pada penyusunan jurnal penutup dibutuhkan satu akun tambahan yang dapat digunakan untuk mengikhtisarkan data yang ada dalam akun-akun pendapatan dan biaya. Akun tambahan ini disebut ikhtisar rugi laba (income summary).
Untuk menyusun jurnal penutup ada tiga tahapan yaitu:
1. Akun-akun pendapatan didebet dengan jumlah saldo akhirnya masing-masing, Akun ikhtisar rugi laba dikredit dengan jumlah saldo akhir akun-akun tersebut. Dengan pendebetan seperti ini maka akun-akun pendapatan akan menjadi nol
2. Akun-akun biaya dikredit sebesar masing-masing saldo akhirnya dan akun ikhtisar rugi laba didebet sebesar jumlah saldo akhir akun-akun tersebut.. Dengan pengkreditan ini semua akun biaya akan bersaldo nol.
Untuk memberikan pengertian yang lebih jelas mengenai penyusunan jurnal penutup, maka kita gunakan data dari salon Raflesia.
Tahap 1: menutup semua akun pendapatan.
Tahap 2: menutup semua akun biaya
Di akhir periode akuntansi koperasi, akun-akun yang ada dalam buku besar harus dipindahkan ke akun tetap. Dengan demikian, akun-akun tersebut dapat digunakan untuk mengumpulkan data periode berikutnya. Untuk itu diperlukan suatu seri ayat jurnal yang disebut jurnal penutup (closing journal). Ayat jurnal penutupan adalah jurnal untuk me-nol-kan saldo akun-akun sementara apabila akan dimulai pencatatan data akuntansi periode berikutnya.
Pada penyusunan jurnal penutup dibutuhkan satu akun tambahan yang dapat digunakan untuk mengikhtisarkan data yang ada dalam akun-akun pendapatan dan biaya. Akun tambahan ini disebut ikhtisar rugi laba (income summary).
Untuk menyusun jurnal penutup ada tiga tahapan yaitu:
1. Akun-akun pendapatan didebet dengan jumlah saldo akhirnya masing-masing, Akun ikhtisar rugi laba dikredit dengan jumlah saldo akhir akun-akun tersebut. Dengan pendebetan seperti ini maka akun-akun pendapatan akan menjadi nol
2. Akun-akun biaya dikredit sebesar masing-masing saldo akhirnya dan akun ikhtisar rugi laba didebet sebesar jumlah saldo akhir akun-akun tersebut.. Dengan pengkreditan ini semua akun biaya akan bersaldo nol.
Untuk memberikan pengertian yang lebih jelas mengenai penyusunan jurnal penutup, maka kita gunakan data dari salon Raflesia.
Tahap 1: menutup semua akun pendapatan.
Tahap 2: menutup semua akun biaya
Membuat kertas kerja neraca lajur
Membuat kertas kerja neraca lajur
Untuk memudahkan penyusunan laporan keuangan koperasi, perlu disusun kertas kerja (work sheet) atau yang biasa disebut “neraca lajur”. Neraca lajur ini berfungsi untuk memudahkan penyusunan laporan keuangan sekaligus untuk menghindari kemungkinan terjadinya kesalahan-kesalahan.
Langkah-langkah penyelesaian neraca lajur adalah sebagai berikut.
1. Menyusun neraca saldo yang bersumber dari data buku besar.
2. Mencatat pos-pos jurnal penyesuaian pada kolom penyesuaian (adjusment).
3. Menyusun neraca saldo yang telah disesuaikan dalam kolom neraca saldo yang telah disesuaikan.
4. Memindahkan saldo akun-akun pendapatan dan beban ke kolom ikhtisar laba rugi.
5. Memindahkan saldo akun-akun harta, utang, dan modal ke kolom neraca (balance sheet).
Untuk memudahkan penyusunan laporan keuangan koperasi, perlu disusun kertas kerja (work sheet) atau yang biasa disebut “neraca lajur”. Neraca lajur ini berfungsi untuk memudahkan penyusunan laporan keuangan sekaligus untuk menghindari kemungkinan terjadinya kesalahan-kesalahan.
Langkah-langkah penyelesaian neraca lajur adalah sebagai berikut.
1. Menyusun neraca saldo yang bersumber dari data buku besar.
2. Mencatat pos-pos jurnal penyesuaian pada kolom penyesuaian (adjusment).
3. Menyusun neraca saldo yang telah disesuaikan dalam kolom neraca saldo yang telah disesuaikan.
4. Memindahkan saldo akun-akun pendapatan dan beban ke kolom ikhtisar laba rugi.
5. Memindahkan saldo akun-akun harta, utang, dan modal ke kolom neraca (balance sheet).
Membuat jurnal penyesuaian
Membuat jurnal penyesuaian
Jurnal penyesuaian (Adjusting Journal Entries) adalah jurnal yang dibuat untuk menyesuaikan saldo akun-akun yang tidak menggambarkan sebenarnya. Banyak hal yang mengakibatkan saldo suatu akun pada akhir periode tidak sesuai dengan keadaan sebenarnya. Hal ini disebabkan akuntansi menggunakan dasar waktu (accrual basic) sebagai dasar pencatatan dan perhitungan. Pada setiap akhir periode akuntansi terjadi kemungkinan adanya beban yang masih harus dibayar atau beban yang telah dibayar dimuka, adanya pendapatan yang masih harus diterima atau pendapatan yang diterima dimuka.
1. Beban yang masih harus dibayar (accrued expense)
adalah beban untuk suatu periode, tetapi sampai dengan akhir periode realisasi pembayarannya belum dilakukan sehingga belum dicatat sebagai beban.
2. Beban yang dibayar dimuka (diferred expense)
adalah pengeluaran yang sudah terjadi dalam suatu periode, tetapi merupakan beban periode yang akan datang.
3. Pendapatan yang masih harus diterima (accrued income)
adalah pendapatan yang sudah terjadi dan sudah bisa diakui tetapi belum dicatat.
4. Pendapatan yang diterima dimuka (differed income)
adalah pendapatan yang sudah diterima dalam suatu periode, tetapi merupakan pendapatan untuk periode yang akan datang.
Jurnal penyesuaian (Adjusting Journal Entries) adalah jurnal yang dibuat untuk menyesuaikan saldo akun-akun yang tidak menggambarkan sebenarnya. Banyak hal yang mengakibatkan saldo suatu akun pada akhir periode tidak sesuai dengan keadaan sebenarnya. Hal ini disebabkan akuntansi menggunakan dasar waktu (accrual basic) sebagai dasar pencatatan dan perhitungan. Pada setiap akhir periode akuntansi terjadi kemungkinan adanya beban yang masih harus dibayar atau beban yang telah dibayar dimuka, adanya pendapatan yang masih harus diterima atau pendapatan yang diterima dimuka.
1. Beban yang masih harus dibayar (accrued expense)
adalah beban untuk suatu periode, tetapi sampai dengan akhir periode realisasi pembayarannya belum dilakukan sehingga belum dicatat sebagai beban.
2. Beban yang dibayar dimuka (diferred expense)
adalah pengeluaran yang sudah terjadi dalam suatu periode, tetapi merupakan beban periode yang akan datang.
3. Pendapatan yang masih harus diterima (accrued income)
adalah pendapatan yang sudah terjadi dan sudah bisa diakui tetapi belum dicatat.
4. Pendapatan yang diterima dimuka (differed income)
adalah pendapatan yang sudah diterima dalam suatu periode, tetapi merupakan pendapatan untuk periode yang akan datang.
Membuat neraca saldo
Membuat neraca saldo
Setelah semua jurnal diposting ke akun buku besar maka tahap selanjutnya adalah menyusun neraca saldo. Untuk buku besar yang menggunakan tiga kolom atau empat kolom langsung saja saldo akhir tiap-tiap akun dipindahkan ke neraca saldo.
Pembuatan neraca saldo tidaklah sulit, sama dengan Anda menyusun semua akun yang ada dalam akun buku besar berdasarkan urutan nomor kode akun beserta saldonya. Contoh bila Anda memposting akun kas, perhatikan contoh di bawah ini!
Demikian selanjutnya pada akun lainnya pada buku besar. Untuk lebih jelasnya perhatikan neraca saldo/sisa koperasi Insani pada akhir bulan Januari 2004.
Pada neraca saldo di atas, perhatikan total kolom debet dan kolom kredit! Ternyata totalnya sama yaitu Rp. 10.932.500. Bila tidak terjadi kesalahan pada saat pencatatan bukti transaksi di buku jurnal atau pada saat posting ke buku besar, maka total kolom debet akan sama (seimbang) dengan total kolom kredit.
Setelah semua jurnal diposting ke akun buku besar maka tahap selanjutnya adalah menyusun neraca saldo. Untuk buku besar yang menggunakan tiga kolom atau empat kolom langsung saja saldo akhir tiap-tiap akun dipindahkan ke neraca saldo.
Pembuatan neraca saldo tidaklah sulit, sama dengan Anda menyusun semua akun yang ada dalam akun buku besar berdasarkan urutan nomor kode akun beserta saldonya. Contoh bila Anda memposting akun kas, perhatikan contoh di bawah ini!
Demikian selanjutnya pada akun lainnya pada buku besar. Untuk lebih jelasnya perhatikan neraca saldo/sisa koperasi Insani pada akhir bulan Januari 2004.
Pada neraca saldo di atas, perhatikan total kolom debet dan kolom kredit! Ternyata totalnya sama yaitu Rp. 10.932.500. Bila tidak terjadi kesalahan pada saat pencatatan bukti transaksi di buku jurnal atau pada saat posting ke buku besar, maka total kolom debet akan sama (seimbang) dengan total kolom kredit.
Memindahbukukan (posting) dari jurnal ke buku besar
Pembuatan buku besar dilakukan setelah tahap pembuatan jurnal telah selesai dengan benar. Buku besar terdiri dari beberapa pos/bagian-bagian, misalkan buku besar kas adalah semua transaksi yang ada di jurnal kas, masuk semua ke dalam pos buku besar kas. Begitu juga untuk pos lainnya seperti buku besar simpanan pokok, simpanan wajib, simpanan sukarela, buku besar hutang dagang, buku besar piutang dagang, dan buku besar lainnya.
1. Kode Akun Buku Besar.
Fungsi dari kode akun ini adalah untuk menyederhanakan pencatatan, mempermudah dalam menganalisis transaksi dan kejadian, mempermudah penyusunan neraca dan mempermudah dalam penyusunan perhitungan hasil usaha.
Struktur penggolongan akun dalam akuntansi koperasi dibagi menjadi 9, yaitu:
1. Golongan 1: Harta
2. Golongan 2: Utang
3. Golongan 3: Kekayaan bersih
4. Golongan 4: Pendapatan usaha
5. Golongan 5: Harga pokok penjualan
6. Golongan 6: Beban usaha
7. Golongan 7: Beban administrasi dan umum
8. Golongan 8: Pendapatan dan beban di luar usaha
9. Golongan 9: Pendapatan dan beban luar biasa.
Setiap nomor kode akun, memakai 4 angka dengan struktur penggolongan sebagai berikut.
1) Angka pertama, menunjukkan golongan akun
2) Angka kedua , menunjukkan kelompok akun
3) Angka ketiga, menunjukkan subkelompok akun
4) Angka keempat, menunjukkan nama atau jenis akun
a. Daftar nomor dan nama akun
1) Harta
10 Harta lancar
100 Uang kartal dan giral
10000 Kas
1000,00 Kas pusat
1000,01 Kas unit
101 Uang di bank
1010 bank….
1011 bank…
102 Simpanan jangka pendek
1020 simpanan sukarela di koperasi…
1021 simpanan…
103 Piutang usaha
1030 piutang anggota
1030.100 piutang SP….
1030.200 piutang barang
1031 piutang bukan anggota
1032 piutang…
1033 piutang lain-lain
104 Penyisihan piutang tak tertagih
1040 penyisihan piutang tak tertagih anggota
1041 penyisihan piutang tak tertagih bukan
anggota
105 Persediaan barang dagangan
1050 persediaan
1050.000 persediaan….
106 Persediaan barang untuk digunakan
1060 persediaan perlengkapan kantor
1061 persediaan perlengkapan toko
107 Beban dibayar dimuka
1070 sewa dibayar dimuka
1071 ….dibayar dimuka
108 Pendapatan masih harus diterima
1080 sewa masih harus diterima
1081 …masih harus diterima
11 Piutang jangka panjang
110 piutang jangka panjang
1100 piutang anggota
1101 piutang bukan anggota
12 Investasi jangka panjang
120 simpanan pada koperasi (pusat)
1200 simpanan pokok yang harus dibayar
1201 simpanan pokok belum dibayar
1202 simpanan wajib yang harus dibayar
1203 simpanan wajib yang belum dibayar
1204 simpanan khusus
121 simpanan pada bukan koperasi
1210 penyertaan PT…..
1211 penyertaan PT…..
13 Harta tetap
130 nilai perolehan
1300 tanah
1301 tanah tambang
1302 bangunan
1303 mesin
1304 peralatan
1305 kendaraan
1306 inventaris kantor
1307 sarana listrik
131 akumulasi penyusutan
1311 akumulasi deflasi tanah tambang
1312 akumulasi penyusutan bangunan
1313 akumulasi penyusutan mesin
1314 akumulasi penyusutan peralatan
1315 akumulasi penyusutan kendaraan
1316 akumulasi penyusutan inventaris kantor
1317 akumulasi penyusutan sarana listrik
14 Harta tak berwujud
140 nilai harta tak berwujud
1400 harta paten
1401 merek dagang
1402 hak pengusahaan hutan
1403 hak penambangan
141 amortisasi harta tak berwujud
1410 akumulasi amortisasi paten
1411 akumulasi amortisasi paten
1412 akumulasi amortisasi merek dagang
1413 akumulasi amortisasi hak pengusahaan
hutan
1414 akumulasi hak penambangan
15 Harta lain-lain
150 nilai perolehan
1500 tanah tidak produktif
1501 kendaraan rusak
1502 mesin rusak
2) Kewajiban/Utang
20 Kewajiban lancar
200 utang usaha
2000 utang anggota
2000.00 utang anggota……
201 utang pada bank
2010 utang bank….
2011 utang bank….
202 utang pada koperasi
2020 utang koperasi…..
2021 utang departemen koperasi
203 utang pada lembaga pemerintahan
2030 utang klaim perum PKK
2031 utang departemen koperasi
204 beban masih harus dibayar dan pendapatan
diterima dimuka
2040 beban masih harus dibayar
2041 utang pajak
2042 pendapatan diterima dimuka
21 Kewajiban jangka panjang
210 kewajiban jangka panjang
2100 utang anggota
2101 utang bukan anggota
2102 utang bank…
2104 simpanan sukarela anggota
2105 simpanan bukan anggota
3) Kekayaan bersih
3000 Simpanan pokok harus diterima
3001 Simpanan pokok belum diterima
3002 Simpanan wajib harus diterima
3003 Simpanan wajib belum diterima
3004 Donasi/hibah
3005 Cadangan koperasi
3013 Cadangan dana revolving
3014 SHU yang belum dibagi
3015 SHU tahun berjalan
3016 Selisih penilaian kembali harta tetap
4) Pendapatan usaha
400 penjualan barang
4000 penjualan
4000.00 penjualan X
4000.01 penjualan Y
4001 potongan penjualan
4002 retur penjualan anggota dan pengurangan
harga
410 pendapatan jasa
4100 pendapatan bunga simpan pinjam
4101 pendapatan jasa sewa
420 pendapatan lain-lain
4200 pendapatan lain-lain usaha
5) Harga pokok
500 pembelian barang dagang
5000 pembelian
5000.00 pembelian bahan makanan
5000.01 pembelian alat tulis kantor
5000.02 pembelian bahan sandang
5001 biaya angkut pembelian
5002 potongan pembelian
5003 retur pembelian dan pengurangan harga
510 harga pokok produksi
5100 bahan baku langsung
5101 tenaga kerja langsung
5102 bahan tidak langsung
5103 tenaga kerja tak langsung
5104 beban tak langsung
520 Harga pokok penjualan
5200 harga pokok penjualan
5200.00 harga pokok X
5200.01 harga pokok Y
6) Beban usaha
6000 beban gaji dan upah
6001 beban angkutan
6002 beban bongkar muat
6003 beban pembibitan
6004 beban bahan bakar
6008 beban promosi/iklan
6009 beban bunga
6010 beban komisi
6011 beban asuransi
6012 beban retribusi
6013 beban penyusutan
6014 beban piutang tak tertagih
6015 beban lain-lain
7) Beban adminsitrasi dan umum
7000 beban gaji dan honor
7001 beban kantor
7002 beban konsumsi
7003 beban perjalanan
7004 beban pemeliharaan harta tetap
7005 beban bahan bakar
7011 beban kesejahteraan
7012 beban rapat
7013 beban listrik, telepon dan Air
7014 beban pajak karyawan
7015 beban latihan
8) Pendapatan dan beban luar usaha
80 pendapatan luar usaha
8000 pendapatan jasa giro bank
8001 pendapatan kantor
8002 pendapatan jasa deposito
8003 keuntungan penjualan harta tetap
8005 keuntungan penjualan harta lain-lain
8006 keuntungan kenaikan valuta asing
8007 pendapatan subsidi.
81 beban luar usaha
8100 kerugian penjualan harta tetap
8101 kerugian penjualan harta tak berwujud
8102 kerugian penjualan harta lain-lain
9) Pendapatan dan beban luar biasa
90 pendapatan luar biasa
9000 ganti rugi asuransi
9001 pendapatan undian
91 beban luar biasa
9100 kerugian kebakaran
9101 kerugian gempa bumi
9102 kerugian pelebaran jalan
2. Bentuk Buku Besar
Bentuk akun buku besar dalam koperasi dapat dibuat dalam 3 macam bentuk yaitu:
a. Bentuk scronto, yang terdiri dari dua kolom yaitu debet dan kredit dan sering disebut juga dengan bentuk dua kolom (two column account).
b. Bentuk bersaldo dengan 3 kolom, yaitu debet, kredit, saldo dan sering disebut bentuk 3 kolom (three column account).
c. Bentuk bersaldo dengan 4 kolom, yaitu debet, kredit, saldo (debet, kredit) dan sering disebut bentuk 4 kolom (four column account). Bentuk ini paling banyak digunakan untuk akun buku besar dalam koperasi.
3. Posting Jurnal ke Buku Besar
Memposting jurnal ke dalam buku besar sama dengan posting pada perusahaan jasa atau perusahaan dagang. Ada beberapa langkah untuk memposting jurnal ke dalam buku besar, yaitu:
a. Pindahkan tanggal yang terdapat dalam jurnal ke kolom tanggal pada akun.
b. Pindahkan keterangan singkat yang terdapat pada kolom jurnal ke dalam keterangan pada akun.
c. Pindahkan halaman jurnal ke kolom ref di akun, bersama itu terdapat catatan nomor kode akun pada kolom ref jurnal.
d. Pindahkan jumlah debet dari jurnal ke kolom debet akun dan jumlah kredit jurnal ke kredit akun yang bersangkutan.
MENCATAT TRANSAKSI KEUANGAN DAN MODAL KOPERASI DALAM JURNAL UMUM ATAU JURNAL KHUSUS
Akuntansi dalam badan usaha koperasi dapat dilaksanakan seperti pada badan usaha lainnya. Hanya yang membedakan dalam akuntansi koperasi dengan akuntansi badan lainnya adalah adanya akun khusus seperti akun simpanan pokok, akun simpanan wajib, akun simpanan sukarela, akun sisa hasil usaha (SHU), akun cadangan dan sebagainya. Proses akuntansi dalam koperasi meliputi beberapa tahapan yaitu tahap pencatatan, tahap pengiikhtisaran dan penyusunan laporan keuangan.
Diagram siklus akuntansi
1. Bukti Pembukuan Koperasi
Pelaksanaan transaksi usaha koperasi harus selalu didukung oleh bukti-bukti transaksi yang sah. Bukti pembukuan merupakan suatu dokumen yang sangat penting dalam suatu transaksi pada badan usaha koperasi. Transaksi merupakan peristiwa ekonomi yang dapat mengubah harta, utang, dan modal yang berhubungan dengan pihak luar dari badan koperasi. Setiap pelaksanaan kegiatan koperasi berupa transaksi selalu didukung oleh bukti pembukuan yang lengkap.
Dalam akuntansi koperasi dikenal dua jenis bukti pembukuan yaitu bukti pembukuan internal (bukti yang dikeluarkan oleh koperasi) dan bukti pembukuan eksternal (bukti yang berasal dari luar koperasi). Untuk menjamin kelengkapan setiap pembukuan, maka harus dilakukan langkah sebagai berikut.
a. Tiap transaksi harus dibuat bukti pembukuan yang disahkan oleh yang berwenang.
b. Jika dalam transaksi tidak diperoleh bukti ekstern, koperasi harus membuat bukti intern yang disetujui oleh pihak yang berwenang.
c. Setiap pembukuan harus didasarkan pada sutu bukti pembukuan yang sah.
d. Semua bukti pembukuan harus disimpan secara teratur dan aman.
2. Penggolongan Bukti-bukti Transaksi
a. Bukti penerimaan kas
Bukti penerimaan kas (KM) digunakan untuk membukukan semua jenis transaksi yang menimbulkan penerimaan uang tunai ke dalam koperasi. Yang termasuk transaksi penerimaan kas yaitu:
1) Penjualan tunai
2) Pembayaran dari anggota yang berupa simpanan pokok, simpanan wajib dan simpanan sukarela
3) Angsuran kredit
4) Pembayaran utang dari para debitur
5) Penerimaan dari bank
6) Penerimaan komisi
7) Penerimaan bunga
8) Sumbangan tunai
Bukti penerimaan ataupun pengeluaran kas dibuat rangkap tiga. Lembar pertama untuk pembayar, lembar kedua untuk bagian pembukuan (akuntansi), dan lembar ketiga untuk arsip.
Contoh bukti penerimaan kas
b. Bukti pengeluaran kas
Bukti pengeluaran kas (KK) digunakan untuk mencatat transaksi yang mengakibatkan uang kas koperasi/bank berkurang akibat adanya pengeluaran uang tunai. Bukti ini dipergunakan untuk bukti transaksi:
1) Pembelian barang tunai
2) Pemberian kredit pada anggota
3) Pembayaran biaya-biaya
4) Pembayaran bunga bank
5) Pembayaran kembali simpanan anggota
6) Pembayaran angsuran
7) Pembayaran utang kepada debitur
Contoh bukti pengeluaran kas
c. Bukti pembelian (penerimaan barang )
Bukti pembelian (BB) digunakan untuk membukukan jenis transaksi pembelian barang atau jasa dari pihak luar koperasi secara kredit.
Contoh bukti pembelian
d. Bukti penjualan atau bukti pengeluaran barang
Bukti penjualan atau bukti pengeluaran barang (BJ) digunakan untuk membukukan jenis transaksi penjualan barang oleh koperasi kepada pihak ketiga (anggota atau bukan anggota).
Contoh bukti penjualan
e. Bukti umum
Bukti umum (BU) digunakan untuk membukukan transaksi-transaksi yang dapat tidak diklasifikasikan ke dalam empat bukti pembukuan di atas, misalnya :
1) Retur pembelian
2) Retur penjualan
3) Pemakaian bahan untuk dimaksukkan dalam proses
4) Kerusakan atau kehilangan barang
5) Penyusutan
6) Perbaikan/koreksi pembukuan donasi
Contoh bukti umum
Tugas Individu
1. Berdasarkan informasi dibawah ini, apakah dana bergulir ini merupakan modal untuk koperasi syariah?
2. Bagaimanakah pencatatan bantuan dana dari pemerintah ini?
Koperasi Syariah Dapat Dana Bergulir
Bantuan ini untuk menghindarkan pengusaha mikro dari jeratan rentenir. Kementerian koperasi kembali menyediakan dana bergulir sebesar Rp 15 miliar untuk koperasi yang menggunakan prinsip islami. Dana sebesar itu berasal dari APBN 2005 dan diperuntukkan bagi 300 koperasi syariah di 26 provinsi di Indonesia.
Dana tersebut bisa digunakan untuk modal kerja koperasi syariah agar bisa meningkatkan pelayanan kepada unit usaha mikro dan kecil. ‘’Masyarakat kita banyak yang terjerat jasa keuangan yang ribawi,’’ kata Ai Darukiah, asisten Deputi Menteri Koperasi Bidang Pengembangan dan Pengendalian Simpan Pinjam di Jakarta kemarin (21/2).
Menurut Ai, pedagang kecil atau pengusaha mikro di pelosok daerah dan juga pinggiran ibu kota banyak terjerat rentenir dengan bunga berlipat ganda. Dengan bantuan modal kerja diharapkan masyarakat bisa terbebas dari jeratan rentenir dan sebaliknya mengikuti transaksi keuangan sesuai syariah.
Dari dana bergulir ini, jelas Ai, setiap anggota koperasi syariah bisa memperoleh dana modal maksimal Rp 2 juta. Modal yang disertakan pada setiap koperasi masing-masing Rp 50 juta. ‘’Untuk pencairan ada syaratnya,’’ tandas Ai. Satu syarat utama adalah koperasi itu sudah berbadan hukum dan menjalankan prinsip syariah sepenuhnya. Untuk mengontrol ini, Kementerian Koperasi dan UKM bekerja sama dengan bank syariah.
Data pada Kementerian Koperasi menunjukkan bahwa koperasi syariah berjumlah 2.700-an. Koperasi ini berasal dari BMT yang memilih badan hukum koperasi syariah. Berapa jumlah persisnya, Ai mengatakan masih didata ulang. Setelah otonomi daerah bisa jadi jumlahnya bertambah atau malah berkurang.
Kerja sama dengan bank syariah, menurut Ai, penting untuk menghindari adanya koperasi atau UKM fiktif. Bank syariah juga bertanggung jawab membina personal atau SDM koperasi syariah terutama dalam mengontrol dana bergulir. ‘’Ini memang dana dari APBN. Tapi, harus tetap dikembalikan untuk digulirkan kepada koperasi lainnya,’’ katanya.
Masa program dana bergulir ini sepuluh tahun. Program dana bergulir untuk koperasi syariah ini sebetulnya bukan yang pertama. Pada tahun 2002, Kementerian Koperasi sudah mulai melakukan percobaan dengan mengalokasikan dana Rp 1,3 miliar untuk 26 koperasi syariah. Kemudian, pada 2004 kembali mengalokasikan dana dengan jumlah lebih besar atau mencapai Rp 5 miliar untuk seratus koperasi di 18 provinsi.
(sumber: kompas 22 Februari 2005)
3. Pencatatan Hasil Analisa Bukti Transaksi dalam Jurnal Khusus dan Jurnal Umum.
Setelah bukti pembukuan ini dianalisis dan sudah diyakini kebenarannya, maka hasil analisis dicatat/dipindahkan ke dalam jurnal khusus (special journal) dan jurnal umum (general journal).
Dalam akuntansi koperasi digunakan 5 jenis jurnal yang terdiri dari 4 jurnal khusus yaitu jurnal penerimaan kas, jurnal pengeluaran kas, jurnal pembelian dan jurnal penjualan, jurnal yang ke-5 adalah jurnal umum. Jurnal khusus digunakan dalam akuntansi koperasi bertujuan untuk mengefektifkan pencatatan akun-akun yang sering terjadi dalam kegiatan pembukuan koperasi.
a. Jurnal penerimaan kas
Jurnal ini digunakan untuk mencatat hasil analisis bukti penerimaan kas (KM).
Di bawah ini adalah contoh pencatatan pada jurnal penerimaan kas dari bukti analisis koperasi Insani.
b. Jurnal pengeluaran kas
Jurnal pengeluaran kas digunakan untuk mencatat hasil analisis bukti pengeluaran kas (KK). Contoh jurnal pengeluaran kas pada koperasi Insani adalah sebagai berikut.
c. Jurnal pembelian
Jurnal pembelian digunakan untuk mencatat hasil analisis bukti pembelian (BB).
d. Jurnal penjualan
Jurnal penjualan digunakan untuk mencatat hasil analisis bukti penjualan (BJ).
e. Jurnal umum
Jurnal umum atau buku harian memorial digunakan untuk mencatat hasil analisis bukti umum yang berasal dari transaksi sebagai berikut.
1) Penerimaan modal donasi yang berupa aktiva tetap
2) Retur pembelian kredit
3) Retur penjualan kredit
4) Pengambilan barang konsumsi untuk kepentingan koperasi sediri
5) Koreksi kesalahan pencatatan
6) Penyesuaian akhir periode akuntansi
7) Penutupan pada akhir periode akuntansi
8) Pembalikan pada awal periode akuntansi
Contoh jurnal umum koperasi Insani
Untuk lebih memahami pencatatan bukti transaksi pada jurnal, di bawah ini adalah contoh pembuatan jurnal koperasi Insani.
(a) Pada 7 Januari 2004, diterima pembayaran dari 35 anggota dengan bukti transaksi (KM.01) sebagai berikut.
• Simpanan pokok sebesar : Rp. 1.400.000,00
• Simpanan wajib sebesar : Rp. 700.000,00
Bukti transaksi yang diperlukan adalah bukti penerimaan kas.
Analisa transaksi:
Akun kas bertambah (D), akun simpanan pokok bertambah (K), dan akun simpanan wajib bertambah (K).
Jurnal
7 Januari 2004 Kas : Rp. 2.100.000,00
• Simpanan pokok : Rp. 1.400.000,00
• Simpanan wajib : Rp. 700.000,00
(b) Pada 9 Januari 2004, dibeli perlengkapan kantor dan peralatan kantor, masing-masing sebesar Rp. 150.000,00 dan Rp. 250.000, 00 dengan tunai (No. Bukti: KK.01). Bukti transaksi yang diperlukan adalah bukti pengeluaran kas.
Analisa transaksi:
Akun perlengkapan kantor (D) dan akun peralatan kantor (D) bertambah, akun kas berkurang (K)
Jurnal
9 Januari 2004
Perlengkapan kantor : Rp. 150.000,00
Peralatan kantor : Rp. 250.000,00
Kas : Rp. 400.000,00
(c) Pada 10 Januari 2004 diterima simpanan sukarela dari anggota sebesar Rp. 1.200.000,00 (No. Bukti: KM.02). Bukti transaksi yang diperlukan adalah bukti penerimaan Kas.
Analisa transaksi:
Akun kas bertambah (D) dan dan akun simpanan sukarela bertambah (K)
Jurnal
10 Januari 2004 Kas : Rp. 1.200.000,00
Simpanan Sukarela : Rp. 1.200.000,00
(d) Pada 11 Januari 2004 , dibeli barang dagangan dengan kredit dari UD Sumber Makmur seharga Rp. 3.750.000,00 dengan nomor bukti BB.01. Bukti tansaksi yang diperlukan adalah bukti pembelian.
Analisa Transaksi:
Akun pembelian bertambah (D) dan akun utang usaha bertambah (K)
Jurnal
11 Januari 2004
Pembelian : Rp. 3.750.000,00
Utang pada bukan anggota : Rp. 3.750.000,00
(e) Pada 14 Januari 2004, dijual barang dagangan kepada CV Agnia seharga Rp. 2.970.000,00. Sebesar Rp. 500.000, 00 dibayar tunai sisanya kredit.nomor bukti KM.03 dan BJ.01.
Bukti transaksi yang diperlukan adalah bukti penerimaan kas dan bukti penjualan.
Analisa Transaksi:
Kas bertambah (D), piutang bukan anggota bertambah (D) dan penjualan bukan anggota bertambah (K)
Jurnal
14 Januari 2004 Kas : Rp. 500.000,00
Piutang bukan anggota : Rp. 2.470.000,00
Penjualan bukan anggota : Rp. 2.970.000,00
(f) Pada 14 Januari 2004, dipinjamkan sejumlah uang kepada anggota sebesar Rp. 500.000,00 dengan nomor bukti KK.02.
Bukti transaksi yang diperlukan adalah bukti pengeluaran kas.
Analisa Transaksi:
Akun piutang bertambah (D) dan akun kas berkurang (K)
Jurnal
14 januari 2004
Piutang anggota Rp. 500.000,00
Kas Rp. 500.000,00
(g) Pada 16 januari 2004 dibayarkan beban telepon dan listrik sebesar Rp. 175.000,00. dengan nomor bukti KK.03.
Bukti transaksi yang diperlukan adalah bukti pengeluaran kas.
Analisa Transaksi:
Beban telpon dan listrik bertambah (D) dan akun kas berkurang (K)
Jurnal
16 Januari 2004
Beban telpon dan listrik Rp.175.000,00
Kas Rp. 175.000,00
(h) Pada 17 Januari 2004, diterima per kas atas penjualan barang dagangan seharga Rp. 300.000,00 dengan nomor bukti KM.04.
Bukti transaksi yang diperlukan adalah bukti penerimaan kas.
Analisa Transaksi:
Akun kas bertambah (D) dan akun penjualan bertambah (K)
Jurnal
17 januari 2004 Kas Rp. 1.300.000,00
Penjualan Rp. 1.300.000,00
(i) Pada 17 januari 2004 diterima simpanan sukarela dari anggota sebesar Rp. 600.000,00 dengan nomor bukti KM.05.
Bukti transaksi yang diperlukan adalah bukti penerimaan kas.
Analisa Transaksi:
Akun kas bertambah (D) dan dan akun simpanan sukarela bertambah (K)
Jurnal
17 januari 2004 Kas Rp. 600.000,00
Simpanan Sukarela Rp. 600.000,00
(j) Pada 20 Januari 2004 , dilunasi sebagian utang sebesar Rp. 3.750.000,00 kepada UD Sumber Makmur atas pembelian barang tanggal 11 Januari 2004, dengan bukti nomor KK.04.
Bukti transaksi yang diperlukan adalah bukti pengeluaran kas
Analisa Transaksi
Akun utang berkurang (D) dan akun kas (K) berkurang
Jurnal
20 januari 2004
Utang pada bukan anggota Rp. 3.750.000,00
Kas Rp. 3.750.000,00
(k) Pada 21 januari 2004 , dibeli barang dagangan dengan tunai dari UD Sumber Makmur seharga Rp. 600.000,00, dengan nomor bukti KK.05.
Bukti transaksi yang diperlukan adalah bukti pengeluaran kas.
Analisa Transaksi:
Akun pembelian bertambah (D) dan akun kas berkurang (K)
Jurnal
21 januari 2004
Pembelian Rp. 600.000,00
Kas Rp. 600.000,00
(l) Pada 22 januari 2004, diserahkan uang kepada anggota sebagai biaya pemeliharaan sebesar Rp. 85.000,00 dengan nomor bukti KK.06.
Bukti transaksi yang diperlukan adalah bukti pengeluaran kas.
Analisa Transaksi:
Akun beban pemeliharaan bertambah (D) dan akun kas berkurang (K)
Jurnal
22 januari 2004
Beban pemeliharaan Rp. 85.000,00
Kas Rp. 85.000,00
(m) Pada 24 Januari 2004, diterima pelunasan sebagian piutang anggota nominal Rp. 400.000,00 beserta bunga sebesar 12.500,00. dengan nomor bukti KM.05.
Bukti transaksi yang diperlukan adalah bukti penerimaan kas.
Analisa Transaksi:
Akun kas bertambah (D), akun piutang berkurang (K), dan akun pendapatan bunga
bertambah (K)
Jurnal
24 Januari 2004 Kas Rp. 412.500,00
Piutang pada anggota Rp. 400.000,00
Pendapatan bunga Rp. 12.500,00
(n) Pada 25 Januari 2004 diterima sumbangan dari Pemda sebesar Rp. 1.500.000,00 untuk menambah modal kerja koperasi, dengan nomor bukti KM.06.
Bukti transaksi yang diperlukan adalah bukti penerimaan kas.
Analisa Transaksi:
Modal bertambah (D) dan kas berkurang (K)
Jurnal
25 Januari 2004 Kas Rp. 1.500.000,00
Modal donasi Rp. 1.500.000,00
(o) Pada 27 Januari 2004 diterima penjualan per kas atas penjualan barang dagangan sebesar Rp. 1.250.000,00 . dengan nomor bukti KM.07.
Bukti transaksi yang diperlukan adalah penerimaan kas.
Analisa Transaksi:
Kas bertambah (D) dan akun penjualan bertambah (K)
Jurnal
27 Januari 2004 Kas Rp. 1.250.000,00
Penjualan Rp. 1.250.000,00
(p) Pada 29 Januari 2004 dikeluarkan per kas biaya konsumsi rapat pengurus sebesar Rp. 50.000,00 dengan nomor bukti KK.07.
Bukti transaksi yang diperlukan adalah bukti pengeluaran kas.
Analisa Transaksi:
Akun beban kunsumsi bertambah (D) dan akun kas berkurang (K)
Jurnal
29 Januari 2004
Beban konsumsi Rp. 50.000,00
Kas Rp. 25.000,00
(q) Pada 30 Januari 2004 dibayar gaji seorang pegawai koperasi sebesar Rp. 250.000,00 dengan nomor bukti KK.08.
Bukti transaksi yang diperlukan adalah bukti pengeluaran kas.
Analisa Transaksi:
Beban gaji bertambah (D) dan kas berkurang (K)
Jurnal
30 Januari 2002
Beban gaji Rp. 250.000,00
Kas Rp. 250.000,00
(r) Pada 31 Januari 2004 dibeli barang dagangan dengan tunai dari UD Sumber Makmur seharga Rp. 750.000,00 dengan nomor bukti KK.09.
Bukti transaksi yang diperlukan adalah bukti pengeluaran kas.
Analisa Transaksi:
Akun pembelian bertambah (D) dan akun kas berkurang (K)
Jurnal
31 Januari 2004
Pembelian Rp. 750.000,00
Kas Rp. 750.000,00
MENGKLASIFIKASI MODAL KOPERASI
Menurut pernyataan standar akuntansi keuangan PSAK No. 27, modal koperasi terdiri dan dipupuk dari simpanan, pinjaman-pinjaman, penyisihan dari sisa hasil usahanya termasuk cadangan serta sumber-sumber lain. Simpanan anggota dalam koperasi terdiri dari simpanan pokok, simpanan wajib dan simpanan sukarela. Simpanan sukarela dapat berasal dari bukan anggota. Cadangan koperasi dipupuk melalui penyisihan sisa hasil usaha dan cara-cara lain yang ditetapkan dalam anggaran dasar.
Dalam Undang-undang Republik Indonesia No. 25 tahun 1992, tentang perkoperasian, bab VII tentang modal, dijelaskan bahwa modal koperasi terdiri dari modal sendiri dan modal pinjaman.
1. Modal Sendiri
Modal sendiri adalah modal yang menanggug risiko atau disebut modal ekuiti.
Modal sendiri terdiri dari :
a. Simpanan pokok (basic contribution)
Simpanan pokok adalah sejumlah uang yang sama banyaknya yang wajib dibayarkan oleh anggota kepada koperasi pada saat masuk menjadi anggota. Simpanan pokok tidak dapat diambil kembali selama yang bersangkutan masih menjadi anggota
b. Simpanan wajib (compulsory contribution)
Simpanan wajib adalah jumlah simpanan tertentu yang tidak harus sama, yang wajib dibayar oleh anggota kepada koperasi dalam waktu dan kesempatan tertentu. Simpanan wajib tidak dapat diambil kembali selama yang bersangkutan masih menjadi anggota.
c. Dana cadangan
Dana cadangan adalah sejumlah uang yang diperoleh dari penyisihan sisa hasil usaha, yang dimaksudkan untuk memupuk modal sendiri dan untuk menutup kerugian koperasi bila diperlukan.
d. Dana hibah (pemberian)
2. Modal Pinjaman
Modal pinjaman adalah modal yang dapat diperoleh dari anggota, koperasi lain, bank (lembaga keuangan), penerbitan obligasi, surat utang lainnya dan sumber lainnya yang sah.
Tugas Individu
1. Carilah informasi dari berbagai sumber mengenai jenis-jenis modal pinjaman yang bisa digunakan oleh koperasi!
2. Dalam bentuk apa saja modal pinjaman yang diperoleh koperasi dari koperasi lainnya?
Tugas
untuk dikerjakan bersama teman Anda!
Perhatikan berita di bawah ini, diskusikan bersama teman Anda apakah hal ini termasuk modal koperasi, jelaskan alasannya!
Pertama Kali, Koperasi Dapat Saham HPH
Sebanyak 14 koperasi dan empat lembaga adat di sekitar areal hak pengusahaan hutan (HPH) di Kaltim mendapat saham 20 persen dari keuntungan perusahaan itu atau modal kerja dengan nilai Rp 100 juta-Rp 200 juta per koperasi atau lembaga adat itu. Ini pertama kali perusahaan HPH memberi saham atau modal kerja semacam itu. Penyerahan saham atau modal kerja kepada koperasi dan lembaga adat ini dilakukan Ketua Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia (APHI) Kaltim, Harbiyansah, kepada wakil-wakil koperasi/lembaga adat itu, Kamis (17/2), di Samarinda. Acara ini disaksikan Menteri Koperasi dan Pengusaha Kecil Menengah (PKM) Zarkasih Nur, Sekjen Dephutbun Soeripto, dan Gubernur Kaltim Suwarna AF. (Sumber: Kompas 18 Feb 2000)
Mencatat transaksi ke Jurnal khusus
Mencatat transaksi ke Jurnal khusus
Di perusahaan besar, transaksi-transaksi tertentu terjadi berulang-ulang dan secara terus-menerus. Untuk kepentingan pengawasan dan keprakstisan pengolahan data, satu buku jurnal yang berfungsi sebagai tempat mencatat semua jenis transaksi, dikembangkan menjadi beberapa buku jurnal yang dinamakan buku jurnal khusus (special journal). Dengan jurnal khusus, pencatatan transaksi dikelompokkan sesuai dengan jenis transaksinya. Setiap terjadi transaksi, petugas pembukuan mengidentifikasi jenis transaksi yang terjadi dan mencatatnya ke jurnal khusus. Manfaat jurnal khusus adalah:
1) Memungkinkan pembagian pekerjaan (spesialisasi)
Pembagian pekerjaan dapat dilakukan dengan baik karena terdapat beberapa jurnal sesuai dengan jenisnya. Jadi, bagi perusahaan yang besar sangat mungkin satu orang menangani satu jurnal atau dua jurnal.
2) Memudahkan posting ke akun buku besar
Salah satu tujuan penyelenggaraan jurnal khusus adalah agar lebih mudah atau lebih praktis melakukan posting ke buku besar, karena jurnal khusus dipindahkan ke akun buku besar secara berkala. Jadi, tidak perlu setiap terjadi transaksi langsung diposting ke buku besar.
3) Memungkinkan pengendalian intern yang lebih baik
Apabila hanya satu orang petugas yang menangani satu atau dua jurnal khusus, pengendalian intern akan lebih baik dibandingkan dengan satu orang menangani semua jurnal.
4) Menghemat biaya
Memungkinkan penghematan biaya karena dapat menghemat kertas dan tenaga. Dengan jurnal umum, untuk 100 kali transaksi yang sama dibutuhkan 100 kali posting ke akun buku besar sedangkan pada jurnal khusus posting dapat dilakukan satu kali.
1. Macam-Macam Jurnal Khusus Perusahaan Dagang
Jurnal khusus yang dipergunakan dalam perusahaan dagang terdiri dari:
a. Jurnal pembelian (Purchase journal)
Jurnal pembelian berfungsi sebagai tempat mencatat transaksi pembelian barang dagangan yang dilakukan secara kredit. Bentuk jurnal pembelian adalah sebagai berikut.
Keterangan:
1. Kolom “Tgl” disi dengan tanggal transaksi sesuai dengan yang tertera dalam faktur pembelian,
2. Kolom “Nama kreditor/Keterangan” diisi dengan nama (orang/perusahaan) atau keterangan singkat mengenai transaksi,
3. Kolom “Ref.” digunakan untuk pengecekan apakah jumlahnya telah sesuai dengan perhitungan yang dilakukan pada buku besar pembantu atau belum. Bila telah sesuai, maka diberi tanda check mark ( Ö ),
4. Kolom “Pembelian” diisi dengan harga pokok pembelian barang dagangan yang dibeli pada tanggal tersebut,
5. Kolom “Perlengkapan” diisi dengan harga pokok pembelian perlengkapan yang dibeli pada tanggal tersebut,
6. Kolom “Serba-serbi” diisi dengan kode akun, nama akun, dan jumlah yang sesuai untuk akun yang tidak terdapat pada lajur khusus,
7. Kolom “Utang dagang” diisi dengan jumlah utang dagang yang terjadi pada tanggal tersebut.
Transaksi
Des
2004
2
5
9
12
19
21
25
Diterima faktur no. W.009 dari PD Wahana untuk pembelian barang dagangan seharga Rp.3.500.000,00, syarat pembayaran n/30
Dibeli perlengkapan toko dari Toko Sejati faktur no. 012 seharga Rp.750.000,00
Diterima faktur no. 031 dari PD Wangi untuk barang dagangan seharga Rp.5.250.000,00 syarat pembayaran 2/10, n/30
Diterima faktur no. 056 dari Gunung Agung untuk pembelian printer seharga Rp.450.000,00 dan peralatan kantor seharga Rp.225.000,00
Dibeli barang dagangan dari PD Wahana seharga Rp.5.100.000,00, faktur no. W053 syarat pembayaran 2/10, n/30
Dibeli dari Toko Sejati perlengkapan Toko F No. 035 seharga Rp.600.000,00. Syarat pembayaran 3/10, n/60
Diterima faktur no. T0125 dari PT. Trimitra untuk barang dagangan seharga Rp.5.750.000,00. Syarat pembayaran 3/10, n/60
b. Jurnal pengeluaran kas (Cash payment journal)
Jurnal ini berfungsi sebagai tempat mencatat transaksi-transaksi yang berhubungan dengan pengeluaran atau pembayaran melalui kas. Dalam pencatatan transaksi ke dalam jurnal pengeluaran kas, diperlukan bukti pengeluaran kas. Dari pengeluaran kas ini, dicatat tanggal dan nomor bukti pengeluaran kas pada kolom “tanggal” dan “nomor bukti pengeluaran kas”.
Bentuk jurnal pembelian adalah sebagai berikut.
Keterangan:
1. Kolom “Tanggal” diisi dengan tanggal terjadinya transaksi,
2. Kolom “Nomor bukti” diisi dengan nomor bukti transaksi, seperti nomor faktur, cek, giro, kuitansi atau bukti transaksi lainnya,
3. Kolom “Keterangan” untuk mencatat nama kreditor, akun yang akan didebet atau nama transaksinya,
4. Kolom ”Ref.” digunakan untuk mencatat tanda “ Ö ”, bila posting ke dalam buku besar pembantu telah dilakukan dan untuk mencatat nomor kode akun penjulan tunai dan jumlah serba-serbi bila diposting ke buku besar telah dilakukan
5. Kolom “Pembelian” digunakan untuk mencatat jumlah rupiah transaksi pembelian barang dagangan secara tunai,
6. Kolom “Utang dagang” untuk mencatat jumlah utang dagang yang dibayar/dilunasi,
7. Kolom “Serba-serbi” untuk mencatat akun yang tidak disediakan dalam kolom khusus,
8. Kolom “Kas” digunakan untuk mencatat hasil kredit pengeluaran uang tunai,
9. Kolom “Potongan pembelian” diisi dengan jumlah potongan pembelian yang diterima.
Contoh:
Transaksi
Des
2004
1
3
4
6
7
10
13
16
20
22
25
28
31
Dikeluarkan cek no. RO278 untuk gaji karyawan sebesar Rp.3.800.000,00
Dibayar tunai premi asuransi untuk masa 1 tahun sebesar Rp.420.000,00
Dibeli barang dagangan seharga Rp.2.100.000,00, dibayar dengan cekno. RO279
Dibeli tunai perlengkapan kantor seharga Rp.325.000,00
Dibayar tunai rekening listrik dan telepon Rp.220.000,00
Dikeluarkan cek no. RO281, untuk pemasangan iklan sebesar Rp.250.000,00
Dibeli barang dagangan seharga Rp.1.500.000,00 ditambah biaya angkut sebesar Rp.75.000,00, dibayar dengan cek no. RO282
Dibayar kepada PD Wangi faktur no. 031, tanggal 9 Desember 2004 dengan cek no. RO283
harga faktur Rp.5.250.000,00
potongan pembelian Rp. 150.000,00
dibayar dengan cek Rp.5.100.000,00
Dikeluarkan cek no. RO284 untuk macam-macam beban sebesar Rp.300.000,00
Dikeluarkan cek no. RO285 untuk pembelian barang dagangan sehargaRp.1.800.000,00
Dikirim cek no. RO286 kepada Toko Sejati untuk pelunasan faktur no. 012 tanggal 5 Desember 2004, sebesar Rp.750.000,00
Dibayar kepada PD Wahana cek no. RO287 untuk pelunasan faktur no. W053 tanggal 19 Desember 2005
harga faktur Rp. 5.100.000,00
potongan 2% Rp. 102.000,00
diserahkan cek Rp. 4.998.000,00
Dikeluarkan cek no. RO288 senilai Rp.1.200.000,00 untuk Prive Bp. Rizky sebagai pemilik PD. Warna
c. Jurnal penjualan (sales journal)
Jurnal ini berfungsi sebagai tempat mencatat transaksi penjualan barang dagangan atau jasa yang dilakukan secara kredit.
Adapun bentuk jurnal penjualan baik dalam perusahaan dagang atau jasa secara sederhana dapat dilihat seperti dibawah ini.
Keterangan:
1. Pada kolom “Tanggal” diisi dengan tanggal terjadinya transaksi penjualan secara kredit,
2. Nomor faktur yang dikirim kepada pembeli diisi pada kolom ”No. Bukti” dan ditulis secara berurutan,
3. Kolom nama “Debetur” diisi dengan nama pembeli yang membeli secara kredit,
4. Kolom “Ref.” diberi tanda check mark ( Ö ), apabila faktur tersebut telah dicatat ke dalam buku besar pembantu piutang.
5. Kolom “(D) Piutang (K) Penjualan” diisi dengan jumlah harga barang atau jasa yang tertulis di dalam faktur.
Kolom terakhir merupakan kolom waktu paling lambat untuk pembayaran yang harus dilakukan oleh setiap pembeli.
Contoh:
Transaksi
Des
5
8
15
17
26
Dijual kepada Toko Alamanda barang dagangan seharga Rp.6.000.000,00 faktur no. 032, syarat 4/10, n/30
Dikirim kepada Toko Subur faktur No. 033 untuk barang yang dipesannya seharga Rp.3.750.000,00, syarat 4/10, n/30
Dikirim Faktur no. 034 ke PD. Mukti, untuk barang yang dipesan seharga Rp.3.200.000,00
Dikirim barang pesanan Toko Marhas seharga Rp.1.850.000,00 faktur no. 035 syarat 4/10, n/30
Dijual kepada Toko Alfa barang dagangan seharga Rp.5.000.000,00, faktur no. 036 syarat 4/10, n/30
d. Jurnal penerimaan (Cash receipt journal)
Jurnal ini berfungsi khusus sebagai tempat mencatat transaksi-transaksi yang berhubungan dengan penerimaan kas atau transaksi-transaksi yang mengakibatkan kas perusahaan bertambah. Penerimaan kas dalam hal ini mencakup penerimaan uang tunai, cek atau giro bilyet perusahaan lain, transfer uang dari pihak lain ke rekening perusahaan di bank, atau penyetoran langsung dari Debetur ke bank untuk rekening perusahaan. Setiap transaksi penerimaan kas di perusahaan menggunakan bukti khusus berupa bukti penerimaan kas.
Keterangan:
1. Kolom “Tanggal” diisi dengan tanggal terjadinya transaksi,
2. Kolom “Nomor Bukti” diisi dengan nomor bukti transaksi,
3. Kolom “Keterangan” digunakan untuk mencatat sumber penerimaan kas atau nama transaksi atas akun yang dikredit,
4. Kolom “Ref.” diisi dengan nomor akun pada saat posting, kecuali untuk transaksi yang berkaitan dengan piutang dagang diisi dengan tanda ( Ö ) pada saat transaksi tersebut dicatat,
5. Kolom “Kas” diisi dengan jumlah uang yang diterima pada tanggal transaksi yang akan dicatat pada sisi debet akun kas,
6. Kolom “Potongan penjualan” diisi dengan jumlah piutang yang diterima pada tanggal tersebut yang akan dicatat pada sisi kredit akun piutang dagang,
7. Kolom “Serba-Serbi” diisi dengan seluruh penerimaan kas selain dari penjualan tunai dan penerimaan piutang dagang, seperti penjualan wesel tagih, setoran modal, dan penerimaan bank.
Contoh:
Transaksi
Des
5
11
14
18
22
23
24
25
27
29
Dijual barang seharga Rp.3.500.000,00, bukti kas no. 037
Diterima pinjaman dari Bank BNI sebesar Rp.12.000.000,00, bukti kas masuk no. 038
Penjualan tunai barang dagangan seharga Rp.2.500.000,00. Bukti kas masuk no. 039
Diterima cek dari Toko Alamanda untuk pembayaran sebagian dari harga faktur no. 032 tanggal 5 Desember 2004 sebesar Rp.3.000.000,00. Bukti kas no. 040
Penjualan tunai barang dagangan seharga Rp.2.000.000,00. Bukti kas masuk no. 041
Diterima cek dari PD Mukti untuk pelunasan faktur no. 034 tanggal 14 Desember 2004. Harga faktur Rp.3.200.000,00, syarat 4/10, n/30. Bukti kas no. 042
Penjualan tunai barang dagangan seharga Rp.2.350.000,00, bukti kas no. 043
Diterima cek dari Toko Marhas untuk pelunasan faktur no. 035 tanggal 18 Desember 2004. Seharga Rp.1.850.000,00, syarat 4/10, n/30 bukti kas no. 044
Penjualan barang dagangan seharga Rp.1.750.000,00 tunai. Bukti kas no. 045
Diterima cek dari Toko Subur, untuk pembayaran sebagian harga faktur no. 033 tanggal 9 desember 2004 sebesar Rp.1.500.000,00. Bukti kas no. 046
e. Jurnal Umum (General journal)
Jurnal ini berfungsi sebagai tempat mencatat transaksi-transaksi yang tidak bisa dicatat ke dalam jurnal khusus. Misalnya transaksi intern seperti pembetulan kesalahan, penyesuaian, penutup buku, pembalikan saldo, retur pembelian atau pengurangan harga yang berasal dari pembelian kredit, dan retur penjualan atau pengurangan harga yang berasal dari penjualan kredit.
Contoh:
Misal selama bulan Desember 2004 pada PD Warna terjadi transaksi sebagai berikut.
Des
2004
6
7
Diterima faktur nomor 029 dari Toko Rinjani, untuk barang seharga Rp.1.500.000,00. Syarat pembayaran 2/10, n/30 No. 038
Dikirim nota debet no. 011 kepada Toko Rinjani untuk barang yang dikirm kembali seharga Rp.250.000,00 karena pecah
Transaksi yang terjadi pada tanggal 6 Desember 2004 dicatat dalam jurnal pembelian dan ke dalam buku besar pembantu hutang. Transaksi tangal 7 Desember berupa nota debet no. 011 dicatat dalam jurnal umum sebagai berikut.
Di perusahaan besar, transaksi-transaksi tertentu terjadi berulang-ulang dan secara terus-menerus. Untuk kepentingan pengawasan dan keprakstisan pengolahan data, satu buku jurnal yang berfungsi sebagai tempat mencatat semua jenis transaksi, dikembangkan menjadi beberapa buku jurnal yang dinamakan buku jurnal khusus (special journal). Dengan jurnal khusus, pencatatan transaksi dikelompokkan sesuai dengan jenis transaksinya. Setiap terjadi transaksi, petugas pembukuan mengidentifikasi jenis transaksi yang terjadi dan mencatatnya ke jurnal khusus. Manfaat jurnal khusus adalah:
1) Memungkinkan pembagian pekerjaan (spesialisasi)
Pembagian pekerjaan dapat dilakukan dengan baik karena terdapat beberapa jurnal sesuai dengan jenisnya. Jadi, bagi perusahaan yang besar sangat mungkin satu orang menangani satu jurnal atau dua jurnal.
2) Memudahkan posting ke akun buku besar
Salah satu tujuan penyelenggaraan jurnal khusus adalah agar lebih mudah atau lebih praktis melakukan posting ke buku besar, karena jurnal khusus dipindahkan ke akun buku besar secara berkala. Jadi, tidak perlu setiap terjadi transaksi langsung diposting ke buku besar.
3) Memungkinkan pengendalian intern yang lebih baik
Apabila hanya satu orang petugas yang menangani satu atau dua jurnal khusus, pengendalian intern akan lebih baik dibandingkan dengan satu orang menangani semua jurnal.
4) Menghemat biaya
Memungkinkan penghematan biaya karena dapat menghemat kertas dan tenaga. Dengan jurnal umum, untuk 100 kali transaksi yang sama dibutuhkan 100 kali posting ke akun buku besar sedangkan pada jurnal khusus posting dapat dilakukan satu kali.
1. Macam-Macam Jurnal Khusus Perusahaan Dagang
Jurnal khusus yang dipergunakan dalam perusahaan dagang terdiri dari:
a. Jurnal pembelian (Purchase journal)
Jurnal pembelian berfungsi sebagai tempat mencatat transaksi pembelian barang dagangan yang dilakukan secara kredit. Bentuk jurnal pembelian adalah sebagai berikut.
Keterangan:
1. Kolom “Tgl” disi dengan tanggal transaksi sesuai dengan yang tertera dalam faktur pembelian,
2. Kolom “Nama kreditor/Keterangan” diisi dengan nama (orang/perusahaan) atau keterangan singkat mengenai transaksi,
3. Kolom “Ref.” digunakan untuk pengecekan apakah jumlahnya telah sesuai dengan perhitungan yang dilakukan pada buku besar pembantu atau belum. Bila telah sesuai, maka diberi tanda check mark ( Ö ),
4. Kolom “Pembelian” diisi dengan harga pokok pembelian barang dagangan yang dibeli pada tanggal tersebut,
5. Kolom “Perlengkapan” diisi dengan harga pokok pembelian perlengkapan yang dibeli pada tanggal tersebut,
6. Kolom “Serba-serbi” diisi dengan kode akun, nama akun, dan jumlah yang sesuai untuk akun yang tidak terdapat pada lajur khusus,
7. Kolom “Utang dagang” diisi dengan jumlah utang dagang yang terjadi pada tanggal tersebut.
Transaksi
Des
2004
2
5
9
12
19
21
25
Diterima faktur no. W.009 dari PD Wahana untuk pembelian barang dagangan seharga Rp.3.500.000,00, syarat pembayaran n/30
Dibeli perlengkapan toko dari Toko Sejati faktur no. 012 seharga Rp.750.000,00
Diterima faktur no. 031 dari PD Wangi untuk barang dagangan seharga Rp.5.250.000,00 syarat pembayaran 2/10, n/30
Diterima faktur no. 056 dari Gunung Agung untuk pembelian printer seharga Rp.450.000,00 dan peralatan kantor seharga Rp.225.000,00
Dibeli barang dagangan dari PD Wahana seharga Rp.5.100.000,00, faktur no. W053 syarat pembayaran 2/10, n/30
Dibeli dari Toko Sejati perlengkapan Toko F No. 035 seharga Rp.600.000,00. Syarat pembayaran 3/10, n/60
Diterima faktur no. T0125 dari PT. Trimitra untuk barang dagangan seharga Rp.5.750.000,00. Syarat pembayaran 3/10, n/60
b. Jurnal pengeluaran kas (Cash payment journal)
Jurnal ini berfungsi sebagai tempat mencatat transaksi-transaksi yang berhubungan dengan pengeluaran atau pembayaran melalui kas. Dalam pencatatan transaksi ke dalam jurnal pengeluaran kas, diperlukan bukti pengeluaran kas. Dari pengeluaran kas ini, dicatat tanggal dan nomor bukti pengeluaran kas pada kolom “tanggal” dan “nomor bukti pengeluaran kas”.
Bentuk jurnal pembelian adalah sebagai berikut.
Keterangan:
1. Kolom “Tanggal” diisi dengan tanggal terjadinya transaksi,
2. Kolom “Nomor bukti” diisi dengan nomor bukti transaksi, seperti nomor faktur, cek, giro, kuitansi atau bukti transaksi lainnya,
3. Kolom “Keterangan” untuk mencatat nama kreditor, akun yang akan didebet atau nama transaksinya,
4. Kolom ”Ref.” digunakan untuk mencatat tanda “ Ö ”, bila posting ke dalam buku besar pembantu telah dilakukan dan untuk mencatat nomor kode akun penjulan tunai dan jumlah serba-serbi bila diposting ke buku besar telah dilakukan
5. Kolom “Pembelian” digunakan untuk mencatat jumlah rupiah transaksi pembelian barang dagangan secara tunai,
6. Kolom “Utang dagang” untuk mencatat jumlah utang dagang yang dibayar/dilunasi,
7. Kolom “Serba-serbi” untuk mencatat akun yang tidak disediakan dalam kolom khusus,
8. Kolom “Kas” digunakan untuk mencatat hasil kredit pengeluaran uang tunai,
9. Kolom “Potongan pembelian” diisi dengan jumlah potongan pembelian yang diterima.
Contoh:
Transaksi
Des
2004
1
3
4
6
7
10
13
16
20
22
25
28
31
Dikeluarkan cek no. RO278 untuk gaji karyawan sebesar Rp.3.800.000,00
Dibayar tunai premi asuransi untuk masa 1 tahun sebesar Rp.420.000,00
Dibeli barang dagangan seharga Rp.2.100.000,00, dibayar dengan cekno. RO279
Dibeli tunai perlengkapan kantor seharga Rp.325.000,00
Dibayar tunai rekening listrik dan telepon Rp.220.000,00
Dikeluarkan cek no. RO281, untuk pemasangan iklan sebesar Rp.250.000,00
Dibeli barang dagangan seharga Rp.1.500.000,00 ditambah biaya angkut sebesar Rp.75.000,00, dibayar dengan cek no. RO282
Dibayar kepada PD Wangi faktur no. 031, tanggal 9 Desember 2004 dengan cek no. RO283
harga faktur Rp.5.250.000,00
potongan pembelian Rp. 150.000,00
dibayar dengan cek Rp.5.100.000,00
Dikeluarkan cek no. RO284 untuk macam-macam beban sebesar Rp.300.000,00
Dikeluarkan cek no. RO285 untuk pembelian barang dagangan sehargaRp.1.800.000,00
Dikirim cek no. RO286 kepada Toko Sejati untuk pelunasan faktur no. 012 tanggal 5 Desember 2004, sebesar Rp.750.000,00
Dibayar kepada PD Wahana cek no. RO287 untuk pelunasan faktur no. W053 tanggal 19 Desember 2005
harga faktur Rp. 5.100.000,00
potongan 2% Rp. 102.000,00
diserahkan cek Rp. 4.998.000,00
Dikeluarkan cek no. RO288 senilai Rp.1.200.000,00 untuk Prive Bp. Rizky sebagai pemilik PD. Warna
c. Jurnal penjualan (sales journal)
Jurnal ini berfungsi sebagai tempat mencatat transaksi penjualan barang dagangan atau jasa yang dilakukan secara kredit.
Adapun bentuk jurnal penjualan baik dalam perusahaan dagang atau jasa secara sederhana dapat dilihat seperti dibawah ini.
Keterangan:
1. Pada kolom “Tanggal” diisi dengan tanggal terjadinya transaksi penjualan secara kredit,
2. Nomor faktur yang dikirim kepada pembeli diisi pada kolom ”No. Bukti” dan ditulis secara berurutan,
3. Kolom nama “Debetur” diisi dengan nama pembeli yang membeli secara kredit,
4. Kolom “Ref.” diberi tanda check mark ( Ö ), apabila faktur tersebut telah dicatat ke dalam buku besar pembantu piutang.
5. Kolom “(D) Piutang (K) Penjualan” diisi dengan jumlah harga barang atau jasa yang tertulis di dalam faktur.
Kolom terakhir merupakan kolom waktu paling lambat untuk pembayaran yang harus dilakukan oleh setiap pembeli.
Contoh:
Transaksi
Des
5
8
15
17
26
Dijual kepada Toko Alamanda barang dagangan seharga Rp.6.000.000,00 faktur no. 032, syarat 4/10, n/30
Dikirim kepada Toko Subur faktur No. 033 untuk barang yang dipesannya seharga Rp.3.750.000,00, syarat 4/10, n/30
Dikirim Faktur no. 034 ke PD. Mukti, untuk barang yang dipesan seharga Rp.3.200.000,00
Dikirim barang pesanan Toko Marhas seharga Rp.1.850.000,00 faktur no. 035 syarat 4/10, n/30
Dijual kepada Toko Alfa barang dagangan seharga Rp.5.000.000,00, faktur no. 036 syarat 4/10, n/30
d. Jurnal penerimaan (Cash receipt journal)
Jurnal ini berfungsi khusus sebagai tempat mencatat transaksi-transaksi yang berhubungan dengan penerimaan kas atau transaksi-transaksi yang mengakibatkan kas perusahaan bertambah. Penerimaan kas dalam hal ini mencakup penerimaan uang tunai, cek atau giro bilyet perusahaan lain, transfer uang dari pihak lain ke rekening perusahaan di bank, atau penyetoran langsung dari Debetur ke bank untuk rekening perusahaan. Setiap transaksi penerimaan kas di perusahaan menggunakan bukti khusus berupa bukti penerimaan kas.
Keterangan:
1. Kolom “Tanggal” diisi dengan tanggal terjadinya transaksi,
2. Kolom “Nomor Bukti” diisi dengan nomor bukti transaksi,
3. Kolom “Keterangan” digunakan untuk mencatat sumber penerimaan kas atau nama transaksi atas akun yang dikredit,
4. Kolom “Ref.” diisi dengan nomor akun pada saat posting, kecuali untuk transaksi yang berkaitan dengan piutang dagang diisi dengan tanda ( Ö ) pada saat transaksi tersebut dicatat,
5. Kolom “Kas” diisi dengan jumlah uang yang diterima pada tanggal transaksi yang akan dicatat pada sisi debet akun kas,
6. Kolom “Potongan penjualan” diisi dengan jumlah piutang yang diterima pada tanggal tersebut yang akan dicatat pada sisi kredit akun piutang dagang,
7. Kolom “Serba-Serbi” diisi dengan seluruh penerimaan kas selain dari penjualan tunai dan penerimaan piutang dagang, seperti penjualan wesel tagih, setoran modal, dan penerimaan bank.
Contoh:
Transaksi
Des
5
11
14
18
22
23
24
25
27
29
Dijual barang seharga Rp.3.500.000,00, bukti kas no. 037
Diterima pinjaman dari Bank BNI sebesar Rp.12.000.000,00, bukti kas masuk no. 038
Penjualan tunai barang dagangan seharga Rp.2.500.000,00. Bukti kas masuk no. 039
Diterima cek dari Toko Alamanda untuk pembayaran sebagian dari harga faktur no. 032 tanggal 5 Desember 2004 sebesar Rp.3.000.000,00. Bukti kas no. 040
Penjualan tunai barang dagangan seharga Rp.2.000.000,00. Bukti kas masuk no. 041
Diterima cek dari PD Mukti untuk pelunasan faktur no. 034 tanggal 14 Desember 2004. Harga faktur Rp.3.200.000,00, syarat 4/10, n/30. Bukti kas no. 042
Penjualan tunai barang dagangan seharga Rp.2.350.000,00, bukti kas no. 043
Diterima cek dari Toko Marhas untuk pelunasan faktur no. 035 tanggal 18 Desember 2004. Seharga Rp.1.850.000,00, syarat 4/10, n/30 bukti kas no. 044
Penjualan barang dagangan seharga Rp.1.750.000,00 tunai. Bukti kas no. 045
Diterima cek dari Toko Subur, untuk pembayaran sebagian harga faktur no. 033 tanggal 9 desember 2004 sebesar Rp.1.500.000,00. Bukti kas no. 046
e. Jurnal Umum (General journal)
Jurnal ini berfungsi sebagai tempat mencatat transaksi-transaksi yang tidak bisa dicatat ke dalam jurnal khusus. Misalnya transaksi intern seperti pembetulan kesalahan, penyesuaian, penutup buku, pembalikan saldo, retur pembelian atau pengurangan harga yang berasal dari pembelian kredit, dan retur penjualan atau pengurangan harga yang berasal dari penjualan kredit.
Contoh:
Misal selama bulan Desember 2004 pada PD Warna terjadi transaksi sebagai berikut.
Des
2004
6
7
Diterima faktur nomor 029 dari Toko Rinjani, untuk barang seharga Rp.1.500.000,00. Syarat pembayaran 2/10, n/30 No. 038
Dikirim nota debet no. 011 kepada Toko Rinjani untuk barang yang dikirm kembali seharga Rp.250.000,00 karena pecah
Transaksi yang terjadi pada tanggal 6 Desember 2004 dicatat dalam jurnal pembelian dan ke dalam buku besar pembantu hutang. Transaksi tangal 7 Desember berupa nota debet no. 011 dicatat dalam jurnal umum sebagai berikut.
Menganalisa dan mencatat transaksi ke jurnal umum
Menganalisa dan mencatat transaksi ke jurnal umum
1. Pencatatan Transaksi Pembelian Barang Dagangan
Pembelian barang dagang yang dilakukan perusahaan baik secara tunai ataupun kredit dicatat pada kolom debet pada akun pembelian.
Contoh 1:
Toko Berkah, tanggal 3 Desember 2004, membeli barang dagangan seharga Rp.6.000.000,00 dibayar tunai. Transaksi ini dicatat dalam bentuk jurnal sebagai berikut.
Contoh 2:
Toko Berkah, tanggal 5 Desember 2004, membeli barang dagangan dari CV. Budikarya senilai Rp.4.500.000,00 dengan syarat 2/10, n/30. Transaksi ini dicatat dalam jurnal sebagai berikut.
2. Pencatatan Transaksi Penerimaan Potongan Pembelian
Penerimaan potongan yang diterima pembeli karena pembayaran yang dilakukan lebih cepat, mengakibatkan pengurangan terhadap jumlah harga beli barang. Oleh pihak pembeli dicatat pada akun potongan pembelian.
Contoh:
7 Des 2004, Toko Berkah membeli barang dari supplier tetap seharga Rp. 4.000.000,00 denga syarat 2/10, n/30. 15 Desember 2004, Toko Berkah melunasi faktur pembelian pada supplier untuk pembelian tanggal 7 Desember 2004.
Maka, transaksi di atas akan dicatat oleh Toko Berkah dalam jurnalsebagai berikut.
Berdasarkan syarat pembelian 2/10, n/30 dari tanggal 7 Desember s.d. 15 Desember 2004 adalah 8 hari, maka transaksi pembayaran masih dalam periode potongan dan jumlah potongan yang diterima adalah:
Jumlah faktur Rp.4.000.000,00
Potongan pembelian 2% x Rp.4.000.000,00 Rp. 80.000,00
Jumlah yang harus dibayar Rp.3.920.000,00
Transaksi di atas akan dicatat dalam jurnal oleh Toko Berkah sebagai berikut.
3. Pencatatan Retur Pembelian dan Pengurangan Harga
Dengan adanya retur pembelian dan pengurangan harga, akan mengakibatkan harga beli barang yang dibeli menjadi berkurang. Pengurangan ini akan dicatat dalam akun retur pembelian dan pengurangan harga. Bila barang yang dikembalikan dari pembelian kredit, maka retur pembelian mengakibatkan pengurangan terhadap hutang dagang dan harus dicatat di sisi debet akun hutang dagang.
Contoh:
7 Desember 2004, Toko Berkah mengembalikan barang yang dibeli tanggal 5 Desember 2004 seharga Rp.500.000,00. Nota kredit dari CV. Budikarya diterima. Tansaksi ini akan dicatat dalam jurnal PD lancar sebagai berikut.
Setelah pos jurnal tanggal 5 Desember dan pos jurnal 7 Desember 2004 diposting ke dalam buku besar, akun-akun ini akan tampak sebagai berikut.
Pada akun hutang dagang, saldo sebesar Rp.4.000.000,00. Hal ini menyatakan saldo hutang setelah barang dikembalikan kepada penjual. Retur pembelian dan pengurangan harga dapat saja dicatat kredit pada akun pembelian, tetapi dengan cara demikian dalam laporan rugi laba tidak akan diketahui total pembelian kotor. Oleh sebab itu, dicatat kredit pada akun retur pembelian dan pengurangan harga (retur pembelian), dalam laporan rugi laba dilaporkan sebagai pengurangan total pembelian.
4. Pencatatan Transaksi Penjualan Barang Dagangan
Transaksi penjualan dagangan yang dilakukan perusahaan dagang secara tunai atau dilakukan secara kredit dicatat di sisi kredit akun penjualan.
Contoh 1:
6 Desember 2004, Toko Berkah menjual barang dagangan ke PT. Trimitra seharga Rp.3.000.000,00 dengan pembayaran tunai. Toko Berkah akan mencatat pada jurnal sebagai berikut.
Contoh 2:
11 Desember 2004, Toko Berkah mengirim faktur penjualan pada PD Terang untuk barang seharga Rp. 2.250.000,00 dengan syarat 2/10, n/30. Toko Berkah akan mencatat pada jurnal sebagai berikut.
5. Pencatatan Transaksi Retur Penjualan dan Pengurangan Harga
Retur penjualan atau pengurangan harga yang diberikan kepada pembeli karena barang yang dijual ada yang rusak atau cacat, oleh pihak penjual dicatat pada akun retur penjualan dan pengurangan harga. Bila barang yang diterima kembali berasal dari penjualan kredit, transaksi retur penjualan mengakibatkan pengurangan terhadap piutang dagang, maka harus dicatat dalam akun piutang dagang.
Contoh:
13 Desember 2004, Toko Berkah mengirim nota kredit pada PD. Terang untuk pengurangan harga atas barang yang dijual tanggal 11 Desember 2004 sebesar Rp.250.000,00 karena sebagian barang cacat. Toko Berkah akan mencatat pada jurnal sebagai berikut.
Prosedur pencatatan retur penjualan digambarkan sebagai berikut.
6. Pencatatan Biaya Pengangkutan Barang yang Dibeli
Bila kontrak jual beli syarat penyerahan barang adalah FOB shipping point, maka semua biaya angkut barang dari gudang penjual sampai ke gudang pembeli menjadi tanggungan pihak pembeli. Biaya ini oleh pembeli dicatat pada akun biaya angkut masuk (freight in). Di akhir periode dalam rugi laba saldo, akun biaya angkut masuk dicatat sebagai penambah harga pokok barang yang dibeli.
Contoh:
16 Desember 2004, Toko Berkah membeli barang dagangan dari PT Sugity senilai Rp.8.500.000,00 dengan syarat 3/10, n/30. FOB shipping point. Untuk biaya pengangkutan dibayar tunai ke FedEX sebesar Rp.800.000,00, maka transaksi di atas oleh Toko Berkah akan dicatat dalam jurnal sebagai berikut.
7. PencatatanBbiaya Angkut Keluar
Biaya pengangkutan barang dari gudang penjual sampai ke gudang pembeli ditanggung oleh pihak penjual (syarat FOB destination). Pihak penjual mencatat biaya pengiriman barang pada akun biaya angkut luar (delivery expense). Dalam laporan rugi laba akhir periode, saldo akun biaya angkut luar diinformasikan dalam kelompok beban penjualan.
Contoh:
19 Desember 2004, Toko Berkah menjual barang dagangan pada PT. Balitaru di Surabaya seharga Rp.15.000.000,00 dengan syarat 2/10, n/30. FOB destination. Untuk beban pengiriman, dibayar kepada FedEX sebesar Rp.650.000,00, maka dalam jurnal Toko Berkah akan dicatat sebagai berikut.
8. Pencatatan Potongan Penjualan yang Diberikan kepada Pembeli
Potongan penjualan yang diberikan pada pembeli dapat dilihat contoh berikut.
Contoh:
19 Desember 2004, Toko Berkah menerima pembayaran dari PD. Terang untuk pembayaran faktur tanggal 11 Desember 2004 (lihat penjualan tanggal 11 Desember 2004). Selain itu, tanggal 13 Desember 2004, Toko Berkah telah memberikan pengurangan harga atas barang yang dijual. Untuk mencatat transaksi ini, maka akan dihitung untuk potongan penjualan sebagai berikut.
Penjualan 11 Desember 2004 Rp.2.250.000,00
Pengurangan harga Rp. 250.000,00
Saldo piutang pada PD. Terang Rp.2.000.000,00
Potongan penjualan 2% x Rp.2.000.000,00 Rp. 40.000,00
Jumlah yang diterima dari PD. Terang Rp.1.960.000,00
Berdasarkan perhitungan di atas, maka Toko Berkah mencatat transaksi tanggal 19 Desember 2004 adalah:
9. Pencatatan Persediaan Awal dan Akhir Periode
Pada akhir periode, dalam penyusunan laporan rugi dan laba, perusahaan harus mengetahui nilai persediaan barang yang masih ada di gudang. Untuk mengetahui nilai sisa barang pada akhir periode, barang yang masih ada di gudang harus dihitung fisiknya, berapa kilogram atau unit barang yang ada sehingga diketahui kuantitasnya.
Nilai persediaan akhir periode adalah hasil kali kuantitas barang yang masih ada dengan harga satuannya. Sistem pencatatan seperti yang kita bahas ini disebut sistem fisik atau sistem periodik. Dengan sistem pencatatan fisik ini, nilai persedian akhir akan diketahui setelah dihitung secara fisik. Dengan demikian, belum atau tidak ada dalam catatan buku besar. Nilai persediaan barang dengan akhir periode ini dicatat dalam jurnal penyesuaian dengan cara mendebet akun persediaan dan mengkredit akun ikhtisar rugi laba.
Contoh:
31 Desember 2004, Toko Berkah akan menyusun laporan keuangan, maka dilakukan penghitungan sisa barang yang ada di gudang. Dari hasil penghitungan secara fisik, diperoleh nilai persedian dagangan tanggal 31 Desember 2004 seharga Rp.17.500.000,00. Dari data ini, maka pada akhir periode dibuat jurnal sebagai berikut.
1. Pencatatan Transaksi Pembelian Barang Dagangan
Pembelian barang dagang yang dilakukan perusahaan baik secara tunai ataupun kredit dicatat pada kolom debet pada akun pembelian.
Contoh 1:
Toko Berkah, tanggal 3 Desember 2004, membeli barang dagangan seharga Rp.6.000.000,00 dibayar tunai. Transaksi ini dicatat dalam bentuk jurnal sebagai berikut.
Contoh 2:
Toko Berkah, tanggal 5 Desember 2004, membeli barang dagangan dari CV. Budikarya senilai Rp.4.500.000,00 dengan syarat 2/10, n/30. Transaksi ini dicatat dalam jurnal sebagai berikut.
2. Pencatatan Transaksi Penerimaan Potongan Pembelian
Penerimaan potongan yang diterima pembeli karena pembayaran yang dilakukan lebih cepat, mengakibatkan pengurangan terhadap jumlah harga beli barang. Oleh pihak pembeli dicatat pada akun potongan pembelian.
Contoh:
7 Des 2004, Toko Berkah membeli barang dari supplier tetap seharga Rp. 4.000.000,00 denga syarat 2/10, n/30. 15 Desember 2004, Toko Berkah melunasi faktur pembelian pada supplier untuk pembelian tanggal 7 Desember 2004.
Maka, transaksi di atas akan dicatat oleh Toko Berkah dalam jurnalsebagai berikut.
Berdasarkan syarat pembelian 2/10, n/30 dari tanggal 7 Desember s.d. 15 Desember 2004 adalah 8 hari, maka transaksi pembayaran masih dalam periode potongan dan jumlah potongan yang diterima adalah:
Jumlah faktur Rp.4.000.000,00
Potongan pembelian 2% x Rp.4.000.000,00 Rp. 80.000,00
Jumlah yang harus dibayar Rp.3.920.000,00
Transaksi di atas akan dicatat dalam jurnal oleh Toko Berkah sebagai berikut.
3. Pencatatan Retur Pembelian dan Pengurangan Harga
Dengan adanya retur pembelian dan pengurangan harga, akan mengakibatkan harga beli barang yang dibeli menjadi berkurang. Pengurangan ini akan dicatat dalam akun retur pembelian dan pengurangan harga. Bila barang yang dikembalikan dari pembelian kredit, maka retur pembelian mengakibatkan pengurangan terhadap hutang dagang dan harus dicatat di sisi debet akun hutang dagang.
Contoh:
7 Desember 2004, Toko Berkah mengembalikan barang yang dibeli tanggal 5 Desember 2004 seharga Rp.500.000,00. Nota kredit dari CV. Budikarya diterima. Tansaksi ini akan dicatat dalam jurnal PD lancar sebagai berikut.
Setelah pos jurnal tanggal 5 Desember dan pos jurnal 7 Desember 2004 diposting ke dalam buku besar, akun-akun ini akan tampak sebagai berikut.
Pada akun hutang dagang, saldo sebesar Rp.4.000.000,00. Hal ini menyatakan saldo hutang setelah barang dikembalikan kepada penjual. Retur pembelian dan pengurangan harga dapat saja dicatat kredit pada akun pembelian, tetapi dengan cara demikian dalam laporan rugi laba tidak akan diketahui total pembelian kotor. Oleh sebab itu, dicatat kredit pada akun retur pembelian dan pengurangan harga (retur pembelian), dalam laporan rugi laba dilaporkan sebagai pengurangan total pembelian.
4. Pencatatan Transaksi Penjualan Barang Dagangan
Transaksi penjualan dagangan yang dilakukan perusahaan dagang secara tunai atau dilakukan secara kredit dicatat di sisi kredit akun penjualan.
Contoh 1:
6 Desember 2004, Toko Berkah menjual barang dagangan ke PT. Trimitra seharga Rp.3.000.000,00 dengan pembayaran tunai. Toko Berkah akan mencatat pada jurnal sebagai berikut.
Contoh 2:
11 Desember 2004, Toko Berkah mengirim faktur penjualan pada PD Terang untuk barang seharga Rp. 2.250.000,00 dengan syarat 2/10, n/30. Toko Berkah akan mencatat pada jurnal sebagai berikut.
5. Pencatatan Transaksi Retur Penjualan dan Pengurangan Harga
Retur penjualan atau pengurangan harga yang diberikan kepada pembeli karena barang yang dijual ada yang rusak atau cacat, oleh pihak penjual dicatat pada akun retur penjualan dan pengurangan harga. Bila barang yang diterima kembali berasal dari penjualan kredit, transaksi retur penjualan mengakibatkan pengurangan terhadap piutang dagang, maka harus dicatat dalam akun piutang dagang.
Contoh:
13 Desember 2004, Toko Berkah mengirim nota kredit pada PD. Terang untuk pengurangan harga atas barang yang dijual tanggal 11 Desember 2004 sebesar Rp.250.000,00 karena sebagian barang cacat. Toko Berkah akan mencatat pada jurnal sebagai berikut.
Prosedur pencatatan retur penjualan digambarkan sebagai berikut.
6. Pencatatan Biaya Pengangkutan Barang yang Dibeli
Bila kontrak jual beli syarat penyerahan barang adalah FOB shipping point, maka semua biaya angkut barang dari gudang penjual sampai ke gudang pembeli menjadi tanggungan pihak pembeli. Biaya ini oleh pembeli dicatat pada akun biaya angkut masuk (freight in). Di akhir periode dalam rugi laba saldo, akun biaya angkut masuk dicatat sebagai penambah harga pokok barang yang dibeli.
Contoh:
16 Desember 2004, Toko Berkah membeli barang dagangan dari PT Sugity senilai Rp.8.500.000,00 dengan syarat 3/10, n/30. FOB shipping point. Untuk biaya pengangkutan dibayar tunai ke FedEX sebesar Rp.800.000,00, maka transaksi di atas oleh Toko Berkah akan dicatat dalam jurnal sebagai berikut.
7. PencatatanBbiaya Angkut Keluar
Biaya pengangkutan barang dari gudang penjual sampai ke gudang pembeli ditanggung oleh pihak penjual (syarat FOB destination). Pihak penjual mencatat biaya pengiriman barang pada akun biaya angkut luar (delivery expense). Dalam laporan rugi laba akhir periode, saldo akun biaya angkut luar diinformasikan dalam kelompok beban penjualan.
Contoh:
19 Desember 2004, Toko Berkah menjual barang dagangan pada PT. Balitaru di Surabaya seharga Rp.15.000.000,00 dengan syarat 2/10, n/30. FOB destination. Untuk beban pengiriman, dibayar kepada FedEX sebesar Rp.650.000,00, maka dalam jurnal Toko Berkah akan dicatat sebagai berikut.
8. Pencatatan Potongan Penjualan yang Diberikan kepada Pembeli
Potongan penjualan yang diberikan pada pembeli dapat dilihat contoh berikut.
Contoh:
19 Desember 2004, Toko Berkah menerima pembayaran dari PD. Terang untuk pembayaran faktur tanggal 11 Desember 2004 (lihat penjualan tanggal 11 Desember 2004). Selain itu, tanggal 13 Desember 2004, Toko Berkah telah memberikan pengurangan harga atas barang yang dijual. Untuk mencatat transaksi ini, maka akan dihitung untuk potongan penjualan sebagai berikut.
Penjualan 11 Desember 2004 Rp.2.250.000,00
Pengurangan harga Rp. 250.000,00
Saldo piutang pada PD. Terang Rp.2.000.000,00
Potongan penjualan 2% x Rp.2.000.000,00 Rp. 40.000,00
Jumlah yang diterima dari PD. Terang Rp.1.960.000,00
Berdasarkan perhitungan di atas, maka Toko Berkah mencatat transaksi tanggal 19 Desember 2004 adalah:
9. Pencatatan Persediaan Awal dan Akhir Periode
Pada akhir periode, dalam penyusunan laporan rugi dan laba, perusahaan harus mengetahui nilai persediaan barang yang masih ada di gudang. Untuk mengetahui nilai sisa barang pada akhir periode, barang yang masih ada di gudang harus dihitung fisiknya, berapa kilogram atau unit barang yang ada sehingga diketahui kuantitasnya.
Nilai persediaan akhir periode adalah hasil kali kuantitas barang yang masih ada dengan harga satuannya. Sistem pencatatan seperti yang kita bahas ini disebut sistem fisik atau sistem periodik. Dengan sistem pencatatan fisik ini, nilai persedian akhir akan diketahui setelah dihitung secara fisik. Dengan demikian, belum atau tidak ada dalam catatan buku besar. Nilai persediaan barang dengan akhir periode ini dicatat dalam jurnal penyesuaian dengan cara mendebet akun persediaan dan mengkredit akun ikhtisar rugi laba.
Contoh:
31 Desember 2004, Toko Berkah akan menyusun laporan keuangan, maka dilakukan penghitungan sisa barang yang ada di gudang. Dari hasil penghitungan secara fisik, diperoleh nilai persedian dagangan tanggal 31 Desember 2004 seharga Rp.17.500.000,00. Dari data ini, maka pada akhir periode dibuat jurnal sebagai berikut.
Metode pencatatan persediaan barang dagangan
Metode pencatatan persediaan barang dagangan
Dalam perusahaan dagang, barang-barang yang dibeli dengan tujuan akan dijual kembali disebut persediaan barang (merchandise inventory), yaitu seluruh persediaan barang yang dimiliki. Persediaan barang dalam usaha dagang merupakan jumlah yang akan mempengaruhi neraca maupun laporan rugi laba. Oleh sebab itu, persediaan barang yang dimiliki selama satu periode harus dapat dipisahkan mana yang sudah dapat dibebankan sebagai biaya (harga pokok penjualan) yang akan dilaporkan dalam laporan rugi laba, dan mana yang masih belum terjual yang akan menjadi persediaan dalam neraca. Nilai persediaan barang dagangan memegang peranan penting dalam proses mempertahankan pendapatan dan biaya untuk satu periode tertentu. Oleh sebab itu, jika terjadi kesalahan di dalam menetapkan nilai persediaan akhir, mengakibatkan kesalahan penetapan laba kotor ataupun laba bersih. Disamping itu, jumlah yang termasuk ke dalam harta maupun modal dalam neraca juga akan ikut salah dan jumlahnya relatif cukup besar.
1. Pencatatan Persediaan Barang Dagangan
Dalam pencatatan persediaan barang dagangan, baik pembelian (pemasukan) maupun penjualan (pengeluaran), dikenal dua metode pencatatan, yaitu:
a. Metode perpetual (Perpetual/Continual inventory system)
Metode ini disebut juga dengan metode terus-menerus. Dalam sistem perpetual, berarti mutasi persediaan dilakukan secara kontinu. oleh sebab itu, tidak disediakan akun pembelian dan akun retur pembelian. Setiap pembelian barang dagangan langsung dicatat pada perkiraan persediaan. Selanjutnya, harga pokok penjualan tidak dihitung secara periodik melainkan setiap transaksi baik pembelian atau penjualan dilakukan pencatatan. Mutasi pertambahan atau pengurangan persediaan ditampung dalam akun Harga Pokok Penjualan (Cost of Goods Sold). Akun persediaan barang dagangan (Merchandise inventory) dalam sistem perpetual digunakan untuk mencatat persediaan yang terdapat pada awal periode.
Menurut metode perpetual (continual), semua pemasukan (pembelian) dan semua pengeluaran (penjualan) barang dibukukan ke dalam akun inventory dari barang yang bersangkutan, masing-masing sebesar harga pembeliannya. Dengan demikian, akun inventory senantiasa menunjukkan keadaan jumlah sisa persediaan barang yang masih ada beserta mutasi perubahannya. Oleh sebab itu, dengan hanya melihat catatan dalam akun ini, perusahaan sudah dapat mengetahui berapa sisa persediaan barang yang masih ada di gudang tanpa harus menghitung dan menilai secara fisik barang-barang tersebut (stock opname).
b. Metode fisik (Physical inventory system)
Metode fisik disebut juga metode periodik atau metode berkala. Menurut metode fisik, semua pemasukan (pembelian) dan semua pengeluaran (penjualan) barang tidak dibukukan ke dalam akun persediaan dari barang yang bersangkutan. Pemasukan (pembelian) barang dibukukan ke dalam akun pembelian beserta beberapa akun yang menyertainya, yaitu akun diskon pembelian, akun retur pembelian, dan akun purchase allowance, sebesar harga pembeliannya. Sedangkan pengeluaran (penjualan) barang, dibukukan ke dalam akun penjualan beserta beberapa akun yang menyertainya, yaitu akun diskon penjualan, akun retur penjualan dan akun sales Allowance, sebesar harga penjualannya (yang mengandung rugi atau laba). Dengan demikian, akun persediaan hanya menunjukkan nilai persediaan awal dan persediaan akhir periode barang yang bersangkutan saja. Oleh sebab itu, jika perusahaan ingin mengetahui berapa sisa persediaan barang yang masih ada, harus melakukan penghitungan secara fisik barang-barang yang terdapat di gudang (stock opname). Perusahaan tidak dapat mengetahui jumlah tersebut hanya dengan melihat catatan dalam akun persediaan saja.
2. Penilaian Persediaan Barang
Penilaian persediaan barang adalah menentukan nilai persediaan yang dicantumkan dalam neraca. Persediaan akhir biasanya dihitungharga pokoknya dengan menggunakan beberapa cara penentuan harag pokok persediaan akhir, tetapi nilai ini tidak selalu nampak dalam neraca. Jumlah yang dicantumkan dalam neraca tergantung pada metode penilaian yang digunakan.
a. Penilaian persediaan berdasarkan metode fisik
Dalam metode fisik, dikenal beberapa cara penilaian persediaan, yaitu:
1) Menggunakan tanda pengenal khusus (Special indentification)
Metode ini didasarkan pada asumsi atau anggapan bahwa arus barang harus sama dengan arus biaya. Dalam tanda pengenal tersebut, terdapat harga pembelian barang yang bersangkutan. Dengan adanya tanda pengenal pada barang, maka pada akhir periode jika dibutuhkan nilai persediaan barang tersebut cukup dengan melihat dan memperhitungkan jumlah sisa barang itu beserta harga satuannya.
2) Metode FIFO (First In First Out)
Pada metode ini, barang yang masuk (dibeli) lebih awal, dianggap dikeluarkan (dijual) lebih awal pula. Dengan demikian, sisa persediaan barang pada akhir periode adalah barang-barang yang masuknya (dibelinya) paling akhir.
3) Metode LIFO (Last In First Out)
Menurut cara ini, barang yang masuk (dibeli) lebih awal, dianggap dikeluarkan (dijual) lebih akhir. Dengan demikian, sisa persediaan barang pada akhir periode adalah barang-barang yang masuknya (dibelinya) paling awal.
b. Penilaian persediaan menurut metode perpetual
Metode ini berbeda dengan metode fisik. Metode perpetual akan mengalami kesulitan dalam penilaian karena setiap melakukan transaksi pengeluaran (penjualan) barang, saat itu pula harus ditentukan nilai cost of good sold (harga pokok penjualan). Metode penilaian persedian perpetual diantaranya:
1) Metode FIFO (First In First Out)
Barang yang masuk lebih awal, dianggap dikeluarkan lebih awal. Hal ini berarti setiap terjadi transaksi penjualan, maka cost of good sold dari barang yang dijual tersebut didasarkan pada nilai barang yang lebih awal masuk ke perusahaan.
2) Metode LIFO (Last In First Out)
Menurut cara ini, barang yang masuk (dibeli) lebih awal, dianggap dikeluarkan (dijual) lebih akhir. Ini berarti bahwa pada setiap terjadi transaksi penjualan, maka cost of goods sold dari bararlg yang dijual tersebut didasarkan pada nilai barang yang lebih akhir masuk ke perusahaan.
3) Metode Moving Average
Menurut cara ini, setiap terjadi perubahan jumlah persediaan barang, baik karena ada pemasukan (pembelian) maupun karena ada pengeluaran (penjualan), sisa persediaan yang ada segera dirata-rata nilainya (harganya). Nilai rata-rata tersebut dapat dihitung dengan membagi jumlah rupiah dari sisa persediaan barang dengan jumlah unit barang yang bersangkutan. Dengan demikian, cost of goods sold dari barang yang dijual dinilai berdasarkan harga rata-rata itu.
Dalam perusahaan dagang, barang-barang yang dibeli dengan tujuan akan dijual kembali disebut persediaan barang (merchandise inventory), yaitu seluruh persediaan barang yang dimiliki. Persediaan barang dalam usaha dagang merupakan jumlah yang akan mempengaruhi neraca maupun laporan rugi laba. Oleh sebab itu, persediaan barang yang dimiliki selama satu periode harus dapat dipisahkan mana yang sudah dapat dibebankan sebagai biaya (harga pokok penjualan) yang akan dilaporkan dalam laporan rugi laba, dan mana yang masih belum terjual yang akan menjadi persediaan dalam neraca. Nilai persediaan barang dagangan memegang peranan penting dalam proses mempertahankan pendapatan dan biaya untuk satu periode tertentu. Oleh sebab itu, jika terjadi kesalahan di dalam menetapkan nilai persediaan akhir, mengakibatkan kesalahan penetapan laba kotor ataupun laba bersih. Disamping itu, jumlah yang termasuk ke dalam harta maupun modal dalam neraca juga akan ikut salah dan jumlahnya relatif cukup besar.
1. Pencatatan Persediaan Barang Dagangan
Dalam pencatatan persediaan barang dagangan, baik pembelian (pemasukan) maupun penjualan (pengeluaran), dikenal dua metode pencatatan, yaitu:
a. Metode perpetual (Perpetual/Continual inventory system)
Metode ini disebut juga dengan metode terus-menerus. Dalam sistem perpetual, berarti mutasi persediaan dilakukan secara kontinu. oleh sebab itu, tidak disediakan akun pembelian dan akun retur pembelian. Setiap pembelian barang dagangan langsung dicatat pada perkiraan persediaan. Selanjutnya, harga pokok penjualan tidak dihitung secara periodik melainkan setiap transaksi baik pembelian atau penjualan dilakukan pencatatan. Mutasi pertambahan atau pengurangan persediaan ditampung dalam akun Harga Pokok Penjualan (Cost of Goods Sold). Akun persediaan barang dagangan (Merchandise inventory) dalam sistem perpetual digunakan untuk mencatat persediaan yang terdapat pada awal periode.
Menurut metode perpetual (continual), semua pemasukan (pembelian) dan semua pengeluaran (penjualan) barang dibukukan ke dalam akun inventory dari barang yang bersangkutan, masing-masing sebesar harga pembeliannya. Dengan demikian, akun inventory senantiasa menunjukkan keadaan jumlah sisa persediaan barang yang masih ada beserta mutasi perubahannya. Oleh sebab itu, dengan hanya melihat catatan dalam akun ini, perusahaan sudah dapat mengetahui berapa sisa persediaan barang yang masih ada di gudang tanpa harus menghitung dan menilai secara fisik barang-barang tersebut (stock opname).
b. Metode fisik (Physical inventory system)
Metode fisik disebut juga metode periodik atau metode berkala. Menurut metode fisik, semua pemasukan (pembelian) dan semua pengeluaran (penjualan) barang tidak dibukukan ke dalam akun persediaan dari barang yang bersangkutan. Pemasukan (pembelian) barang dibukukan ke dalam akun pembelian beserta beberapa akun yang menyertainya, yaitu akun diskon pembelian, akun retur pembelian, dan akun purchase allowance, sebesar harga pembeliannya. Sedangkan pengeluaran (penjualan) barang, dibukukan ke dalam akun penjualan beserta beberapa akun yang menyertainya, yaitu akun diskon penjualan, akun retur penjualan dan akun sales Allowance, sebesar harga penjualannya (yang mengandung rugi atau laba). Dengan demikian, akun persediaan hanya menunjukkan nilai persediaan awal dan persediaan akhir periode barang yang bersangkutan saja. Oleh sebab itu, jika perusahaan ingin mengetahui berapa sisa persediaan barang yang masih ada, harus melakukan penghitungan secara fisik barang-barang yang terdapat di gudang (stock opname). Perusahaan tidak dapat mengetahui jumlah tersebut hanya dengan melihat catatan dalam akun persediaan saja.
2. Penilaian Persediaan Barang
Penilaian persediaan barang adalah menentukan nilai persediaan yang dicantumkan dalam neraca. Persediaan akhir biasanya dihitungharga pokoknya dengan menggunakan beberapa cara penentuan harag pokok persediaan akhir, tetapi nilai ini tidak selalu nampak dalam neraca. Jumlah yang dicantumkan dalam neraca tergantung pada metode penilaian yang digunakan.
a. Penilaian persediaan berdasarkan metode fisik
Dalam metode fisik, dikenal beberapa cara penilaian persediaan, yaitu:
1) Menggunakan tanda pengenal khusus (Special indentification)
Metode ini didasarkan pada asumsi atau anggapan bahwa arus barang harus sama dengan arus biaya. Dalam tanda pengenal tersebut, terdapat harga pembelian barang yang bersangkutan. Dengan adanya tanda pengenal pada barang, maka pada akhir periode jika dibutuhkan nilai persediaan barang tersebut cukup dengan melihat dan memperhitungkan jumlah sisa barang itu beserta harga satuannya.
2) Metode FIFO (First In First Out)
Pada metode ini, barang yang masuk (dibeli) lebih awal, dianggap dikeluarkan (dijual) lebih awal pula. Dengan demikian, sisa persediaan barang pada akhir periode adalah barang-barang yang masuknya (dibelinya) paling akhir.
3) Metode LIFO (Last In First Out)
Menurut cara ini, barang yang masuk (dibeli) lebih awal, dianggap dikeluarkan (dijual) lebih akhir. Dengan demikian, sisa persediaan barang pada akhir periode adalah barang-barang yang masuknya (dibelinya) paling awal.
b. Penilaian persediaan menurut metode perpetual
Metode ini berbeda dengan metode fisik. Metode perpetual akan mengalami kesulitan dalam penilaian karena setiap melakukan transaksi pengeluaran (penjualan) barang, saat itu pula harus ditentukan nilai cost of good sold (harga pokok penjualan). Metode penilaian persedian perpetual diantaranya:
1) Metode FIFO (First In First Out)
Barang yang masuk lebih awal, dianggap dikeluarkan lebih awal. Hal ini berarti setiap terjadi transaksi penjualan, maka cost of good sold dari barang yang dijual tersebut didasarkan pada nilai barang yang lebih awal masuk ke perusahaan.
2) Metode LIFO (Last In First Out)
Menurut cara ini, barang yang masuk (dibeli) lebih awal, dianggap dikeluarkan (dijual) lebih akhir. Ini berarti bahwa pada setiap terjadi transaksi penjualan, maka cost of goods sold dari bararlg yang dijual tersebut didasarkan pada nilai barang yang lebih akhir masuk ke perusahaan.
3) Metode Moving Average
Menurut cara ini, setiap terjadi perubahan jumlah persediaan barang, baik karena ada pemasukan (pembelian) maupun karena ada pengeluaran (penjualan), sisa persediaan yang ada segera dirata-rata nilainya (harganya). Nilai rata-rata tersebut dapat dihitung dengan membagi jumlah rupiah dari sisa persediaan barang dengan jumlah unit barang yang bersangkutan. Dengan demikian, cost of goods sold dari barang yang dijual dinilai berdasarkan harga rata-rata itu.
Mengklasifikasi akun-akun khusus yang dijumpai dalam perusahan dagang
Dalam kegiatan perusahaan dagang, terdapat transaksi pembelian dan penjualan barang dagangan yang dicatat dalam akun khusus tertentu. Untuk barang dagangan misalnya, hal ini dapat dicatat dalam dua akun. Pertama, akun pembelian (purchases) yang digunakan untuk mencatat pembelian barang dagangan selama suatu periode. Kedua, akun persediaan barang dagangan (merchandise inventory) yang digunakan untuk mencatat harga pokok barang dagangan yang terdapat pada awal dan akhir periode. Nilainya diperoleh setelah diadakan perhitungan secara fisik terhadap persediaan yang ada pada awal dan akhir periode akuntansi. Akun persedaiaan barang dagangan dan akun pembelian digunakan untuk menghitung harga pokok penjualan (cost of goods sold). Berikut ini akun-akun yang terdapat dalam perusahaan dagang.
1. Akun Persediaan Barang Dagang
Akun ini digunakan untuk mencatat persediaan barang dagang.
2. Akun Pembelian
Akun ini digunakan untuk mencatat semua transaksi pembelian.
3. Akun Retur Pembelian dan Pengurangan Harga
Akun ini digunakan untuk mencatat semua transaksi retur pembelian dan pengurangan harga.
4. Akun Potongan
Akun ini digunakan untuk mencatat transaksi potongan pembelian.
5. Akun Beban Angkut Pembelian
Akun ini digunakan untuk mencatat semua transaksi pembayaran biaya angkut barang yang dibeli.
6. Akun Penjualan
Akun ini digunakan untuk mencatat semua trasaksi penjualan barang dagang.
7. Akun Retur Penjualan dan Pengurangan Harga
Akun ini digunakan untuk mencatat transaksi penerimaan kembali barang yang dijual.
8. Akun Potongan Penjualan
Akun ini digunakan untuk mencatat transaksi potongan penjualan.
Definisi dan ciri-ciri perusahaan dagang
Definisi dan ciri-ciri perusahaan dagang
Perusahaan dagang adalah perusahaan yang kegiatan utamanya membeli barang jadi dan menjual kembali tanpa mengubah bentuk barang tersebut. Dari pengertian ini, ada beberapa hal yang merupakan kegiatan utama perusahaan dagang dan dapat diikhtisarkan sebagai berikut.
a. Pembelian. Dalam kegiatan ini, meliputi pembelian barang dagangan, pembelian barang dan jasa lainnya yang digunakan untuk kegiatan usahanya.
b. Pengembalian barang dagangan (retur pembelian). Pada waktu pembelian, barang kadang-kadang barang yang diterima tidak sesuai dengan yang dipesan atau kualitasnya menurun karena kerusakan sehingga oleh perusahaan akan dikembalikan.
c. Pembayaran hutang pada pemasok. Jika barang yang dibeli dilakukan secara kredit, maka pada saat waktunya hutang tersebut harus dilunasi sesuai dengan syarat pembayaran yang telah disepakati. Syaratpembayaran adalah perjanjian antara penjual dan pembeli untuk pembayaran barang-barang yang dibeli. Pembelian barang dapat dilakukan secara tunai dan kredit. Pembelian tunai adalah pembayaran yang dilakukan secara langsung (waktunya bersamaan dengan penyerahan barang). Pembelian kredit adalah pembelian barang dagangan yang pembayarannya ditangguhkan. Dengan demikian, batas antara pembelian tunai dan pembelian kredit menjadi jelas. Dalam menyatakan syarat pembayaran dalam faktur, ada berbagai macam, yaitu:
1) Syarat n/60, artinya pembayaran seluruh harga barang dagangandapat dilakukan selambat-lambatnya 60 hari sejak tanggal faktur (tanggal transaksi).
2) EOM (end of month), artinya pembayaran seluruh harga barang dapat dilakukan selambat-lambatnya sampai dengan akhir bulan yang bersangkutan.
3) 2/10, n/30, artinya jika pembayaran dilakukan dalam jangka waktu 10 hari atau kurang akan mendapatkan potongan 2% dan pembayaran netto faktur paling lambat 30 hari.
d. Pembayaran ongkos angkut barang yang dibeli. Dalam pembelian barang yang memerlukan jasa angkutan, timbul permasalahan siapakah yang akan menanggung ongkos angkut tersebut. Jika syarat jual beli Franco gudang penjual (free on board shipping point), maka yang akan menanggung biaya pengiriman barang dari gudang penjual sampai gudang pembeli adalah pembeli. Jika syarat jual beli Franco gudang pembeli (free on board destination point), maka penjual akan menanggung biaya pengiriman sampai ke gudang pembeli. Adakalanya dalam perjanjian jual beli disebutkan bahwa penjual harus menanggung biaya pengiriman dan asuransi kerugian atas barang tersebut. Syarat demikian disebut Cost, Freight and Insurance atau CFI.
e. Penjualan. Penjualan merupakan pendapatan utama perusahaan dagang. Perusahaan akan menjual barang di atas harga pokoknya.
f. Penerimaan kembali barang dagangan (retur penjualan). Seperti halnya waktu membeli, kadang-kadang barang yang telah dijual dikembalikan lagi karena tidak sesuai dengan yang dipesan oleh pembeli atau tidak sesuai pesanan.
g. Penerimaan pelunasan piutang. Jika penjualan dilakukan secara kredit, maka pada saatnya akan diterima pelunasan piutang tersebut dari pelanggan. Dalam penerimaan piutang pun, perusahaan kadang-kadang akan memberikan potongan jika pelunasannya lebih cepat dari waktu yang telah ditentukan.
Setiap perusahaan pada dasarnya merupakan perusahan dagang karena aktivitas pokok setiap perusahaan adalah “menjual” sesuatu kepada pihak lain (pembeli). Perusahaan dagang berbeda dengan perusahaan jasa yang hanya menjual jasa. Untuk itu, ada dua hal yang menjadi ciri-ciri dari perusahaan dagang, yaitu:
a. Kegiatan usaha yang dilakukan
Ditinjau dari usaha yang dilakukannya, perusahaan dagang menjalankan dua kegiatan yaitu membeli barang dagangan dan menjual kembali barang dagangannya tanpa mengubah bentuk/mengolahnya.
b. Kegiatan akuntansi
1) Menggunakan akun persediaan barang dagang. Persediaan barang terdiri dari persediaan awal, yaitu nilai barang yang dimiliki perusahaan pada awal tahun buku dan persediaan akhir yaitu nilai barang yang dimiliki perusahaan pada akhir periode akuntansi.
2) Ada perhitungan harga pokok penjualan.
3) Laporan laba-rugi dapat menggunakan bentuk single step (langsung) maupun mutiple step (bertahap).
Perusahaan dagang adalah perusahaan yang kegiatan utamanya membeli barang jadi dan menjual kembali tanpa mengubah bentuk barang tersebut. Dari pengertian ini, ada beberapa hal yang merupakan kegiatan utama perusahaan dagang dan dapat diikhtisarkan sebagai berikut.
a. Pembelian. Dalam kegiatan ini, meliputi pembelian barang dagangan, pembelian barang dan jasa lainnya yang digunakan untuk kegiatan usahanya.
b. Pengembalian barang dagangan (retur pembelian). Pada waktu pembelian, barang kadang-kadang barang yang diterima tidak sesuai dengan yang dipesan atau kualitasnya menurun karena kerusakan sehingga oleh perusahaan akan dikembalikan.
c. Pembayaran hutang pada pemasok. Jika barang yang dibeli dilakukan secara kredit, maka pada saat waktunya hutang tersebut harus dilunasi sesuai dengan syarat pembayaran yang telah disepakati. Syaratpembayaran adalah perjanjian antara penjual dan pembeli untuk pembayaran barang-barang yang dibeli. Pembelian barang dapat dilakukan secara tunai dan kredit. Pembelian tunai adalah pembayaran yang dilakukan secara langsung (waktunya bersamaan dengan penyerahan barang). Pembelian kredit adalah pembelian barang dagangan yang pembayarannya ditangguhkan. Dengan demikian, batas antara pembelian tunai dan pembelian kredit menjadi jelas. Dalam menyatakan syarat pembayaran dalam faktur, ada berbagai macam, yaitu:
1) Syarat n/60, artinya pembayaran seluruh harga barang dagangandapat dilakukan selambat-lambatnya 60 hari sejak tanggal faktur (tanggal transaksi).
2) EOM (end of month), artinya pembayaran seluruh harga barang dapat dilakukan selambat-lambatnya sampai dengan akhir bulan yang bersangkutan.
3) 2/10, n/30, artinya jika pembayaran dilakukan dalam jangka waktu 10 hari atau kurang akan mendapatkan potongan 2% dan pembayaran netto faktur paling lambat 30 hari.
d. Pembayaran ongkos angkut barang yang dibeli. Dalam pembelian barang yang memerlukan jasa angkutan, timbul permasalahan siapakah yang akan menanggung ongkos angkut tersebut. Jika syarat jual beli Franco gudang penjual (free on board shipping point), maka yang akan menanggung biaya pengiriman barang dari gudang penjual sampai gudang pembeli adalah pembeli. Jika syarat jual beli Franco gudang pembeli (free on board destination point), maka penjual akan menanggung biaya pengiriman sampai ke gudang pembeli. Adakalanya dalam perjanjian jual beli disebutkan bahwa penjual harus menanggung biaya pengiriman dan asuransi kerugian atas barang tersebut. Syarat demikian disebut Cost, Freight and Insurance atau CFI.
e. Penjualan. Penjualan merupakan pendapatan utama perusahaan dagang. Perusahaan akan menjual barang di atas harga pokoknya.
f. Penerimaan kembali barang dagangan (retur penjualan). Seperti halnya waktu membeli, kadang-kadang barang yang telah dijual dikembalikan lagi karena tidak sesuai dengan yang dipesan oleh pembeli atau tidak sesuai pesanan.
g. Penerimaan pelunasan piutang. Jika penjualan dilakukan secara kredit, maka pada saatnya akan diterima pelunasan piutang tersebut dari pelanggan. Dalam penerimaan piutang pun, perusahaan kadang-kadang akan memberikan potongan jika pelunasannya lebih cepat dari waktu yang telah ditentukan.
Setiap perusahaan pada dasarnya merupakan perusahan dagang karena aktivitas pokok setiap perusahaan adalah “menjual” sesuatu kepada pihak lain (pembeli). Perusahaan dagang berbeda dengan perusahaan jasa yang hanya menjual jasa. Untuk itu, ada dua hal yang menjadi ciri-ciri dari perusahaan dagang, yaitu:
a. Kegiatan usaha yang dilakukan
Ditinjau dari usaha yang dilakukannya, perusahaan dagang menjalankan dua kegiatan yaitu membeli barang dagangan dan menjual kembali barang dagangannya tanpa mengubah bentuk/mengolahnya.
b. Kegiatan akuntansi
1) Menggunakan akun persediaan barang dagang. Persediaan barang terdiri dari persediaan awal, yaitu nilai barang yang dimiliki perusahaan pada awal tahun buku dan persediaan akhir yaitu nilai barang yang dimiliki perusahaan pada akhir periode akuntansi.
2) Ada perhitungan harga pokok penjualan.
3) Laporan laba-rugi dapat menggunakan bentuk single step (langsung) maupun mutiple step (bertahap).
Definisi dan ciri-ciri perusahaan jasa
Perusahaan jasa adalah suatu perusahaan yang kegiatan usahanya ditujukan untuk memperoleh pendapatan atau penghasilan melalui penjualan/pelayanan jasa-jasa tertentu. Oleh karena dalam perusahaan jasa tidak diperdagangkan barang kongkret, maka tidak ada istilah persediaan jasa. Dengan demikian, perkiraan persediaan tidak ada dalam perkiraan buku besar perusahaan jasa. Sumber penyusunan laporan keuangan pada perusahaan jasa meliputi neraca saldo, jurnal penyesuaian, dan neraca lajur.
Telah disebutkan di atas bahwa perusahaan jasa adalah perusahaan yang kegiatan usahanya mendapatkan penghasilan dari penjualan jasa tertentu. Ciri-ciri perusahaan jasa adalah:
1. Mendapatkan penghasilan dari penjualan/melayani jasa,
2. Karena tidak berupa barang, maka tidak ada akun persediaan barang dagang,
3. Tidak ada retur pengembalian atas jasa yang dijual,
4. Tidak ada perhitungan harga pokok penjualan.
Thursday 3 November 2016
PENGERTIAN TABUNGAN
Menurut
Undang-undang Perbankan nomor 7 tahun 1992, tabungan adalah simpanan yang
penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat tertentu yang disepakati,
tetapi tidak dapat ditarik dengan cek atau dipindahbukukan dengan menggunakan
bilyet giro dan surat perintah pembayaran lainnya. Dengan demikian tabungan
hanya dapat ditarik dengan cara mendatangi bank atau dengan menggunakan kartu
ATM (Automatic Teller Machine) pada bank yang telah menyediakan peralatan
tersebut.
Tabungan
dapat ditarik (diambil) sewaktu-waktu oleh penabung. Oleh karena itu, tabungan
merupakan kewajiban (hutang) bank jangka pendek atau utang lancar. Hal ini
ditunjukkan juga dalam neraca, tabungan diletakkan di posisi ke tiga setelah
kewajian lainnya. Sementara itu, tabungan pada bank tidak dijamin oleh Bank
Indonesia sehingga sepenuhnya menjadi tanggung jawab bank yang bersangkutan.
Adanya peraturan yang memberikan
kebebasan kepada bank dalam hal-hal tertentu untuk menciptakan produk tabungan,
misalnya dalam menentukan jenis tabungan, tingkat suku bunga, sistem
administrasi dan pemberian hadiah atau insentif, dewasa ini produk tabungan
telah dijadikan sebagai alat promosi bank untuk berlomba menarik dana dari
masyarakat. Hampir setiap bank menciptakan produk tabungan sendiri, misalnya
‘Tahapan’ dari BCA, ‘BATARA’ dari BTN, ‘PRIMADANA’ dari Bank DANAMON, ‘Taplus’
dari BNI 1946, dan lain sebagainya.
Subscribe to:
Posts (Atom)